Pertamina (Persero) dan anak usahanya membukukan rugi bersih sebesar US$767,92 juta sepanjang semester I 2020 atau turun drastis dari laba US$ 659,96 juta yang diraih pada periode sama 2019.
Dalam laporan keuangan terbaru Pertamina yang dikutip infobisnis, selasa (25/8/2020) , penurunan laba tersebut lantaran turunnya penjualan minyak mentah, gas bumi, energi panas bumi, dan produk minyak di dalam negeri dari USD 20,94 miliar menjadi USD 16,56 miliar.
Lalu pendapatan usaha dari aktivitas operasi lainnya juga turun dari USD 479,2 juta menjadi USD 414,8 juta.
Dampak pandemi covid 19 ternyata langsung dirasakan serta berkurangnya pembelian produk minyak dan turunannya juga memengaruhi penurunan pendapatan dan laba bersih badan usaha milik negara di sektor energi terintegrasi tersebut.
Sedangkan penjualan ekspor minyak mentah, gas bumi, dan produk minyak justru naik dari US$ 1,61 miliar menjadi US$ 1,76 miliar. Berkurangnya penjualan juga disebabkan penggantian biaya subsidi dari pemerintah turun, dari US$ 2,51 miliar menjadi US$ 1,74 miliar.
Laporan tersebut juga menyebutkan, kewajiban Pertamina dan anak usaha juga meningkat. Kewajiban Pertamina naik dari US$ 35,86 miliar menjadi US$ 40,56 miliar. Ini terdiri atas utang jangka pendek dari US$ 12,16 miliar menjadi US$ 13,14 miliar dan utang jangka panjang dari US$ 23,71 miliar menjadi US$ 27,42 miliar.
Sementara itu, kenaikan justru pada aset perusahaan. Total aset perusahaan hingga Juni 2020 mencapai US$ 70,2 miliar, naik dari US$ 67,08 miliar. Ini terdiri atas aset lancar US$ 24,5 miliar, naik dari US$ 23,08 miliar dan aset tidak lancar yang juga naik menjadi US$ 45,7 miliar dari US$ 44 miliar.