Seringnya kita memahami bahwa jika kita tidak menjaga etika, akan membuat kita terkena sanksi sosial atau bahkan ditegur. Biasanya itu yang terjadi di dunia luar jaringan. Namun ketika sudah berada di dalam jaringan atau di dunia digital banyak akibat jika kita tidak bisa menjaga etika.
Defira Novianti Crisandy, Ketua Relawan TIK Sukabumi mengatakan, bukan hanya akan sekadar dijauhkan orang karena ketidaksopanan tetapi banyak hal yang dapat terjadi di dunia digital bahkan lebih merugikan. Ini bisa menjadi sebuah perhatian besar sehingga kita bisa lebih bijak dalam bermedia digital.
Semua sudah paham bagaimana pentingnya menjaga informasi data pribadi. Jika kita tidak memiliki etika mengenai itu untuk diri kita sendiri, kemungkinan yang terjadi adalah bocornya informasi pribadi. Di halaman profil media sosial kita dengan jelasnya memberikan segala data informasi, yang terjadi semua pihak yang ada di dunia digital menjadi tahu kita secara luar dalam.
Di ruang digital, tidak terdiri dari orang-orang yang baik saja ada juga yang ingin memanfaatkan kesempatan ini. Lalu kurangnya empati terhadap sosial jika kita tidak menjaga etika di media digital.
“Kita tidak bisa membagi perhatian kita ke dunia luar jaringan. Padahal kita sehari-hari bersama mereka. Misalnya keluarga atau teman kantor karena asyik ada di dunia digital kita tidak mengetahui keadaan yang terjadi pada orang-orang di sekeliling kita karena tidak lagi merasakan empati sementara mereka juga tidak cerita kepada kita,” ungkapnya saat menjadi pembicara dalam Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 wilayah Kota Bandung, Jawa Barat, Selasa (27/7/2021).
Menyebarnya konten pornografi juga dapat menjadi dampak akibat kita tidak bisa menjaga etika di media sosial. Konten pornografi ini juga bisa menjadi ajang balas dendam. Misalkan jika ada pasangan kerap berbagi foto tidak senonoh saat mereka berpisah bisa jadi menjadi ancaman. Tidak menggunakan etika dan menyebarkan foto atau video tersebut sehingga konten pornografi pun semakin banyak di ruang digital.
“Cyberbullying itu sudah dipastikan terjadi jika tidak menjaga etika di media digital. Berkomentar yang buruk juga termasuk perundungan terlebih dilakukan berkali-kali itu dapat menghancurkan mental seseorang kata-kata yang tidak tepat pada orang yang tidak tepat juga bisa berakibat fatal,” jelasnya.
Maraknya penyebaran berita bohong karena tidak memiliki kemampuan untuk beretika dan malas mencari fakta. Sehingga mudah untuk menyebarkan informasi yang padahal kita sendiri tidak tahu kebenarannya.
Maka dari itu mulai dari sekarang etika di media digital menjadi sangat penting karena nyata akan berdampak yang lebih mengerikan dibanding saat kita tidak beretika di dunia luar jaringan.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kota Bandung, Jawa Barat, Selasa (27/7/2021) ini menghadirkan pembicara lain Dicky Renaldi (Konten Kreatif Siberkreasi), Bowo Suhardjo (Konsultan Bisnis), Ginna Desiana (RTIK Jawa Barat) dan Saei Hutagalung sebagai Key Opinion Leader.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital. Kegiatan ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.
Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.