Teknologi digital memang mendistrupsi banyak hal termasuk pekerjaan. Namun, nyatanya banyak pekerjaan baru. Memanfaatkan media sosial untuk meraup rezeki memang tidak ada salahnya, tanpa modal besar hanya butuh kreatifitas dan komitmen. Misalnya, menjadi YouTuber, blogger, podcaster, selebgram mereka semua ini nantinya bisa juga menjadi influencer atau Key Opinion Leader (KOL).
Spesialis media sosial karena sekarang gaya pemasaran promosi sekarang semua sudah di media sosial sehingga yang ahli media sosial mulai dari membuat konten hingga memaksimalkan akun itu sendiri menjadi pekerjaan yang menjanjikan masa kini. Desainer grafis pekerjaan baru yang sedang laris karena, zaman sekarang tampilan website atau tampilan iklan sudah berbentuk grafis yang langsung ke ranah online tanpa dicetak.
Pekerjaa baru lagi yang akan terus dibutuhkan di era digital ialah data analyst digunakan untuk membaca data pelanggan dan desainer UI/UX untuk tampilan website yang tentu kini banyak perusahaan menggunakannya.
Dwi Wahyudi, pengurus wilayah relawan TIK Indonesia yang juga seorang blogger menceritakan pada Webinar Gerakan Literasi Digital Nasional di Karawang, Jawa Barat Senin (7/6/2021). Dia berkisah soal profesi blogger yang ditekuninya sejak tahun 2010.
Menjadi blogger atau YouTuber 10 tahun yang lalu masih menjadi pekerjaan yang dipertanyakan. Namun justru sekarang pekerjaan malah penghasilan yang lebih besar dari pekerja konvensional. Pekerjaan di dunia digital memang tidak butuh kantor seperti dulu.
“Jadi dari rumah pun sudah bisa menghasilkan, jangan nanti viral dikira memelihara babi tahu-tahu keluar rumah untuk beli mobil, beli rumah. Padahal zaman sekarang yang penting ada internet. Ingat, pekerjaan yang menyenangkan itu adalah hobi yang dibayar,” ucapnya. Penghasilan dari menjadi blogger didapat melalui iklan di Google, review barang dan jasa hingga jasa digital marketing.
Internet bagi Dwi menjadi sebuah jalan untuk mencari rezeki hanya dari hobinya menulis. Maka, literasi digital dibutuhkan agar dapat maksimal memanfaatkan internet. Hal kecil menurutnya seperti jangan menyebarkan informasi yang belum tentu benar kebenarannya hingga berperilaku baik di ranah digital.
Menurutnya, jika ingin terjun pada pekerjaan digital, literasi harus terus ditingkatkan. Setelah itu tingkatkan bahasa Inggris minimal pasif karena di internet itu sebagian besar menggunakan bahasa Inggris. Kemudian menambah skill secara teori jika ingin menjadi desainer atau programmer. Jika ingin tampil di layar keterampilan public speaking dan membangun personal branding.
“Yang dibutuhkan kemauan, smartphone dan paling tidak laptop bagi para desainer. Jangan bilang nggak bisa, sekarang mau atau tidak. Setelah ada penghasilan barulah kita bisa beli kamera profesional tidak bisa mengembangkan diri ya ikut pelatihan,” ungkapnya.
Presiden Joko Widodo dalam sambutannya saat membuka acara webinar Gerakan Nasional Literasi Digital mengungkapkan saat ini kejahatan di ruang digital semakin mengkhawatirkan. Selain itu ada bentuk kekerasan hingga ujaran kebencian dan radikalisme berbasis digital yang harus diwaspadai.
Di samping dampak negatifnya, namun ada juga dampak positif dari penggunaan media digital seperti untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi yang harus diimbangi dengan adanya literasi digital yang bertujuan untuk meningkatkan kecakapan masyarakat dalam menggunakan media berbasis digital.
“Internet harus mampu meningkatkan produktivitas masyarakat, sehingga internet menambah nilai ekonomi masyarakat,” kata Presiden Joko Widodo.
Gerakan Literasi Digital Nasional 2021 merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia Kegiatan ini diprakarsai Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (Kemkominfo RI) bersama Siberkreasi. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada tahun 2024.
Kegiatan literasi merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.