Jejak digital akan menjadi jejak yang menempel dari diri kita di ranah digital yang tidak akan bisa hilang. Sebenarnya apa saja jejak digital kita di dunia maya?
Xenia Angelica Wijayanto, Kepala Pusat Publikasi dan Kepala Pusat Properti Intelektual LSPR Communication and Business Institute menjelaskan, postingan di media sosial yang sudah jelas menjadi jejak, begitu juga komentar di postingan orang lain. Apa yang dicari di mesin pencarian akan menjadi muncul di berbagi aplikasi gawai kita.
Begitu juga ketika masuk dalam website kemudian mulai browsing. Website akan merekam apa saja kebiasaan kita di dalam website tersebut dan apa saja yang kita lakukan. Tag location sudah pasti akan menjadi jejak, akan ada tanda kalau kita sudah ke sana. Tag foto dari teman juga menghubungkan kita dengan teman-teman lainnya di dalam foto tersebut.
“Sangat sederhana chat yang sudah dihapus ternyata itu pun masih terekam di dalam dunia digital,” ungkapnya.
Beberapa jejak digital yang suka kita tinggalkan namun tidak sadar seperti nama asli di akun media sosial, foto profile, deskripsi identitas kita. KTP dan NPWP juga mungkin saja pernah diunggah di media sosial.
Pentingkah menjaga jejak digital? Xenia menjelaskan, melindungi jejak digital kita di kehidupan sehari-hari untuk batasan. Manusia itu perlu privasi tidak semua perlu diumbar di dunia digital. Akun privasi itu sangat penting atau bahkan jauh lebih penting, Ketika kita menjaga privasi daripada kita jaga yang di kehidupan nyata yang kita secara refleks bisa lakukan terus kenapa jejak digital ini. Dia punya dua sisi, positif dan negatif kalau kita meninggalkan jejak digital yang positif pasti efeknya akan buat kita begitu juga negatif.
“HRD perusahaan seperti itu sekarang, saya juga pernah menjadi bagian dari HRD. Saat skrining karyawan kita cek dulu pikirannya, kita coba cari sosial medianya, kita ingin tahu seperti apa calon karyawan, seperti apa kegiatannya, postingannya ini akan menjadi referensi untuk diterima atau tidak,” jelasnya.
Berhati-hati dengan dua sisi rekam jejak digital karena yang namanya rekam jejak digital, sangat sulit untuk dihilangkan. Terlebih sekarang ada fitur screen capture atau tangkapan layar, semenit kita posting bisa jadi sudah ada orang yang menangkap laga kita. Maka, yang perlu diingat, internet ini ada di tangan kita, makanya kita punya andil untuk menciptakan hal-hal baik kalau kita bisa sharing hal baik kenapa harus yang jelek.
“Tapi bukan berarti kita jadi orang-orang yang penuh kepalsuan, bukan berarti semua yang kita buat adalah hal yang bagus sampai terlihat hidup yang indah. Kita harus tetap menjadi the best of us, tetap menjadi orang-orang yang terbaik dan juga kita harus belajar untuk bisa membagikan hal-hal yang baik dan nyata faktual. Bercanda-bercanda dikit tidak masalah,” pesannya.
Tidak lupa untuk saring dulu sebelum kita sharing, pikirkan dulu ini perlu atau tidak terlebih masalahnya terkait dengan informasi-informasi yang sifatnya pribadi. Harus selalu sadar apakah ini perlu untuk kita kasih tahu ke seluruh dunia melalui media sosial. Kita juga perlu memikirkan bagaimana efeknya yang akan terjadi.
Webinar Literasi Digital ini merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerjasama dengan Siberkreasi. Pembicara lain dalam webinar wilayah Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Senin (14/6/2021) yaitu Al Akbar Rahmadillah (Founder Sobat Cyber), Komang Tri Werthi (Relawan TIK Bali, Citra dosen Universitas Negeri Makassar) dan selebgram Valentina Melati sebagai Key Opinion Leader.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada tahun 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.