Teknologi informasi menjadi tulang punggung aktivitas masyarakat juga penggerak ekonomi nasional. Terlebih saat pandemi Covid-19 mendorong terjadinya perubahan struktural yang sangat cepat. Mulai dari belajar jarak jauh, perusahaan yang memiliki akses digital, banyak yang menambah keahlian di bidang digital dan menambah peluang mencari rezeki di dunia maya mulai berdagang hingga menjadi YouTuber.
Al Akbar Rahmadillah, Founder Sobat Cyber mengatakan, ruang publik ini semakin terbuka hingga tidak jarang menimbulkan kegaduhan. Akbar menceritakan ada beberapa kasus akibat saling ejek di media sosial, dua pemuda bertengkar dan berakhir dengan saling serang.
“Hal tersebut menjadi salah satu gambaran bagaimana media sosial menjadi dua mata pisau atau internet itu bisa menjadi baik dan buruk. Di media sosial juga dapat hal baik. Seperti YouTube untuk meningkatkan skill dan edukasi,” jelasnya saat menjadi pembicara di Webinar Literasi Digital Nasional 2021 wilayah Kabupaten Bandung, Jawa Barat pada Kamis (17/6/2021).
Media sosial kini sudah menjadi kebutuhan masyarakat semua orang sudah memiliki akun media sosial dengan berbagai tujuan. Apapun tujuannya, Akbar mengatakan, pastikan tetap menjaga privasi tidak memberikan data lengkap saat menuliskan biodata di media sosial.
“Dalam memposting kegiatan juga hindari tag tempat dengan detail secara real time. Keamanan akun juga hal ini utama pastikan password akun media sosial tidak mudah ditebak,” ujar Akbar.
Selain keamanan, etika juga harus diperhatikan, Annisa Junaidi seorang Penggerak dan Pemerhati Media Sosial mengatakan, pengguna media sosial harus paham apa yang tidak boleh dilakukan. “Menurut saya sebaiknya kita memang tidak perlu terlalu kepo dengan urusan orang. Tidak perlu bertanya hal pribadi atau apa yang mereka lakukan. Biasanya ini terjadi setelah seseorang memasang sebuah status, lantas kita jadi bertanya-tanya,” saran Annisa.
Kita harus tahu netiket atau etika berinternet. Etika yang berlaku di dunia maya sama dengan kehidupan nyata. Dunia cyber kita itu yang mencerminkan dunia nyata apa pun kata yang kita gunakan itu mencerminkan kita sendiri. Pemilihan kata menjadi utama tapi tidak semuanya hanya tentang kata tapi juga bentuk visualnya dalam sebuah video.
“Media sosial juga tempat kita berkarya, orang akan lebih mudah menemukan bakat kita di sana. Tidak perlu repot-repot mengirimkan video atau apapun, mereka cukup melihat media sosial kita. Maka dari itu posting yang baik-baik,” ujarnya.
Annisa menyebut seperti Facebook ada Facebook Standar Komunitas. Mereka mengatur beberapa yang tidak boleh posting seperti mengandung unsur kekerasan, berbau hasutan. Saat ini banyak yang berupaya menghimpun atau mengkoordinasi mengajak orang untuk hal negatif itu tidak bisa. Kemudian jual beli barang berbahaya, penipuan, konten berbau seksual eksploitasi seksual, perundungan bullying, eksploitasi manusia, pelanggaran privasi dan hak privasi gambar.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) bersama Siberkreasi di wilayah Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Kamis (17/6/2021) ini juga menghadirkan pembicara pakar TI Bambang Iman Santoso dan content creator Steve Pattinama.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.