Literasi digital menjadi dasar penting bagaimana seharusnya seseorang hidup di dunia digital. Bukan sekadar unggah konten, komen, terlibat komunikasi digital seenaknya, dibutuhkan kecakapan agar tidak menjadi insan yang negatif di ranah digital.
Ahmad Taufiq Jamaludin, Relawan TIK berbagi pengetahuan dalam Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 wilayah Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, Selasa (22/6/2021). Menurutnya ada empat sikap dasar ketika bermedia sosial.
Pertama kritis, sifat ini bisa menjadi modal cukup, baik ketika mendapat informasi tidak serta merta main share tapi melakukan cek dan ricek. Kedua visioner, berpikir maju ke depan, karena teknologi terus maju jika literasi tidak berkembang bisa jadi masalah. Ketiga mau belajar, bersama kita kaji kembali kekurangan kita, kita juga sering keseleo terpapar hoaks tanpa disadari. Terakhir peduli sesama, jika ada yang terkena hoaks mari sama-sama tegur dan benarkan.
“Jadilah pribadi yang sama di dunia digital dan nyata. Dulu kita hanya butuh sandang, pangan dan papan. Sekarang bertambah dengan paketan dan colokan. Kemana-mana powerbank dan paket data selalu on,” ujarnya.
Masyarakat mengalami fenomena perubahan. Ponsel menjadi barang yang selalu digenggam dalam aktivitas apapun. Saat berjalan sering kali orang celaka karena tidak melihat lubang atau menabrak tiang. Bahkan ketika ada kejadian atau bencana, kamera bekerja duluan ketimbang menyelamatkan orang. Saat akan makan, bukannya berdoa bersama melainkan foto-foto.
“Boleh, tapi momen keluarga jangan dilewatkan dong. Juga saat kebersamaan keluarga gawai coba dikurangi. Baiknya gawai dilepaskan atau ditinggalkan. Ciptakan waktu atau ruang tanpa gawai agar suasana kebersamaan lebih nyata. Karena dunia nyata itu penting,” tegasnya.
Lalu bagaimana dengan perilaku anonim. Di dunia digital apalagi media sosial banyak sekali orang yang berlindung di balik akun palsu. Seseorang melakukan hal buruk dengan mengatasnamakan orang lain.
“Ini kita ibaratkan Batman dan Joker. Batman menggunakan topeng agar terhindari dari popularitas. Sementar Joker memakai topeng untuk menebar kebencian dan terhindar dari tanggung jawab,” analoginya.
Perilakukan anonim ini nyata berkembang dalam media sosial. Seseorang kadang memang dengan sengaja menjadi buzzer ujaran kebencian dan menutupi identitas dirinya. Tentu saja kini akun-akun seperti itu bisa dengan mudah ditelusuri dan dicari pelakunya. Di mana bumi dipijak disitulah langit dijunjung, artinya di manapun kita berada kita tetap harus menghormati aturan yang berlaku di tempat tersebut.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) bersama Siberkreasi. Wilayah Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, Selasa (22/6/2021) ini juga menghadirkan pembicara Queena Fredlina (Relatan TIK Bali & Dosen STMIK Primakara), A A Ngr Bagus Aristayudha (Relawan TIK Provinsi Bali, Dosen Universitas Bali Internasional), Rita Gani (Mafindo, Japelidi, Fikom Unisba), dan Key Opinion Leader Yohana Djong.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.












