“Cuci tanganmu! Masker wajah! Sarung tangan!” demikian bunyi tangkapan layar yang dikirim oleh Liu Wen, seorang dokter di rumah sakit Palang Merah Wuhan, yang bocor dan tersebar sekitar tanggal 30 Desember 2019.
Pesan itu tersirat, ada yang aneh. Tak biasa.
Ketiga kebiasaan itu hanya dilakukan para dokter jika menjalani pemeriksaan khusus. Untuk kasus biasa, itu tidak biasa.
Pesan itu pulalah yang menjadi penanda awal hari-hari hitam yang mulai meyelimuti Wuhan, dan tak satu orangpun yang tahu, hantu itu akan pergi ke seluruh dunia, tanpa diketahui siapa-siapa, menyapu apa saja, tak mengenal.
Setelah ribuan orang terkapar dan disorot kamera ponsel yang direkam di berbagai sudut China, tersebar cepat di lini maya, dunia mulai merasa diteror.
Indonesia awalnya menganggap enteng. Enteng sangat.
Dan hantu itu ternyata membelalak. Menyalak, galak.
Haru biru seketika terjadi tatkala Sita Tyasutami dan ibunya Maria Darmaningsih yang menderita demam ringan, lalu memeriksakan diri. Presiden Joko Widodo kemudian melakukan sesi konferensi pers darurat, mengumumkan bahwa keduanya sudah diberi nomor punggung 1 dan 2, sebagai orang pertama dan kedua di Indonesia yang menderita apa yang Wuhan alami, baru-baru itu.
Indonesia seketika gempar. Gentar. Kalang kabut. Takut.
Nomor punggung itu ternyata hanya berseri tiga. Di angka ratusan. Karena selepas itu, tak cukup lagi kolom untuk menuliskan nomor itu secara runut.
Ibu pertiwi berkabung setiap hari. Menangis, ratap.
Setahun empat bulan sudah sejak 2 Maret 2020, Indonesia dirundung duka.
Corona menjangkiti 182 juta manusia di muka bumi, menewaskan 3,93 juta nyawa. Dari sana, 2,18 juta kasus ada di Indonesia. Memang, 1,88 juta diantaranya berhasil sembuh. Tapi, 58.491 yang telah pergi. Itu tidak sedikit. Tidak! Tidak!
Tak ada yang lebih penting di benak dan rencana pemerintah yang lebih penting, selain Corona segera pergi. Maka, jutaan tangan kemudian ikut menolong, membantu dengan bisa. Agar, bisa.
Satu dari jutaan tangan itu, bernama singkat FIF. Panjangnya, Federal International Finance.
Kamu mungkin hanya mengenalnya saat membeli; mencicil, hingga ditagih karena Honda. Tapi, FIF tentu tak sekecil dan segalak itu.
Tak sedikit waktu, tenaga, uang, dan sumber daya lainnya ikut dikerahkan dalam jumlah tak sedikit dalam rentang waktu yang panjang untuk membantu memergikan Corona. Hingga setengah sudah 2021 ada, rentetan pemberiannya, ikut sedikit menenangkan Indonesia.
Selain krisis kesehatan yang menjadi fokus utama penyelesaian masalah, ada satu lubang besar yang kian membesar kian hari, jika tak ditutup dengan segera. Lubang itu tercipta setelah ribuan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) tercerai-berai tak karuan, lempar handuk, gulung tikar dan tutup pintu.
Hingga akhir Januari 2021 lalu, jumlah penerima bantuan dana bergulir FIFGROUP sudah mencapai 279 UMKM, dengan total nominal nilai manfaat bantuan modal sebesar Rp846,5 juta, disebar di Jakarta Barat, Cilandak, Ciganjur, Pamulang, Cibinong, Bogor, Bandung, Semarang, Solo, Surabaya, Pangkal Pinang, Padang, Batam, Lubuk Pakam, Palembang, Bandar Jaya, Banjarmasin, Balikpapan, Makassar, Manado, Denpasar sampai Mataram.
“Senang dan bahagia melihat perkembangan UMKM tersebut bisa maju sesuai dengan tujuan kami dalam membina UMKM,” Esther Sri Harjati, Human Capital, General Service and Corporate Communication Director FIF, pernah bilang begitu.
Bahagia memang, karena mereka yang kesulitan modal untuk meningkatkan kemampuan UMKM dalam bidang usaha masing-masing, bisa mendapat bantuan pinjaman antara Rp1 juta sampai Rp20 juta, tanpa bunga.
Tapi, jangan senang dulu.
Meski tak berbunga, tentu harus dikembalikan setelah bisa bangun lagi.
“Teman-teman sesama penerima dana bergulir UMKM FIFGROUP, jangan sampai lalai membayar kewajiban kita, karena dana pinjaman ini nantinya digulirkan kembali kepada teman-teman penggiat UMKM lagi,” Dewi, asal Surabaya mengingatkan kawan-kawannya yang lain agar tak lalai.
Dia tahu kalau nama yang satu ini tak bisa dibohongi jika itu urusannya tagih menagih. Mereka ahlinya. Ya, memang mesti begitu, jika ingin maju bersama, bukan?
Mereka datang dari kelompok ragam usaha; tukang pecel lele, penggiling gabah, perajut, penjual krupuk, pewarung kelontong, hingga tukang bakso.
Jumlah di atas masih belum seberapa.
Sejak pandemi mendera, FIFGROUP ada di mana-mana, ikut membantu satu sama lain. 76.510 paket sembako telah disebar di 620 titik se-Indonesia. Jika diuangkan, nilainya sebesar Rp15,1 miliar. Perusahaan ini juga telah menyalurkan 579 hewan qurban kepada masyarakat di sekitar kantor cabang dan kantor pusat, dengan nilai setara Rp1,7 miliar.

Fokus pada bantuan korban Covid-19, mereka menyediakan 8 unit ventilator di 5 titik di Indonesia. Ada 3 unit di Sumatera Utara, 2 di Bali, 1 di NTB, 1 ada di Singkawang dan 1 unit lagi di Jawa Barat. Semua itu bernilai Rp3,895 miliar.
FIF juga membelanjakan Rp672 juta untuk Alat Pelindung Diri (APD), yang didistribusikan ke berbagai fasilitas kesehatan se-Indonesia. Selain itu, mereka juga menggelar Pilar Pendidikan sebanyak 79 event, Pilar Kesehatan 77 event, Pilar Pemberdayaan Masyarakat ke 54 UMKM dan Pilar Lingkungan, dengan total nominal Rp1,853 miliar.
Itu belum termasuk Bantuan Gempa di Mamuju serta bencana banjir di berbagai daerah sebesar Rp931,5 juta.
Sampai Januari 2021 saja, FIF sudah menghabiskan lebih dari Rp24,15 miliar untuk membantu banyak orang.
Selama pandemi ini pula, Ibukota Jakarta sudah dua kali dilumpuhkan oleh air. Banjir yang sudah melanggan tetap tiap tahun itu, dua kali datang saat semua orang masih takut dengan Corona.
FIF turun tangan, sedikit meringankan beban 2.645 jiwa di Jabodetabek, dengan bantuan hampir Rp1 miliar. Soal banjir ini, pernah di suatu ketika saat Jakarta terendam lama, 76 titik di belahan Indonesia lain juga apes. Banjir juga.
Musibah itu menyebabkan masyarakat sulit mendapatkan makanan, minuman, rusaknya tempat tinggal, minim pakaian layak, rusaknya kantor pelayanan publik, fasilitas umum (mandi, cuci, kakus atau MCK). Banyak orang mengonsumsi makanan tanpa gizi, dan bayi mengalami kekurangan nutrisi. Semua bahaya ini, tentu cukup empuk di mata Corona.
Maka dari periode Januari sampai Maret 2021, FIF memberi bantuan sembako pada 6.671 korban jiwa di 76 titik Indonesia, sebesar Rp2,213 miliar.
“Tentunya, saya berharap bencana ini cepat usai dan bantuan ini dapat bermanfaat dalam menghadapi masa sulit yang kita hadapi bersama,” demikian Esther Sri Harjati.
Tak hanya uang dan barang. FIFGROUP Peduli juga menggalang darah. Kamu tentu tahu bahwa pada masa pandemi Covid -19 ini, Palang Merah Indonesia mengeluhkan penurunan jumlah pendonor darah. FIF lalu menggelar Program Ayo Berdonor di 105 titik, dan berhasil mengumpulkan 5.250 kantong darah, menambah daftar 32.000 paket takjil selama Ramadan yang disebar di di 236 titik se-Indonesia. Khusus untuk ngemil pembuka puasa ini, mereka membelanjakan uang Rp394 juta.
Untuk meringankan beban masyarakat yang terkena imbas Covid ini, FIF juga merelaksasi kredit senilai Rp31 triliun kepada 1 juta lebih pelanggan untuk mendukung Indonesia Kuat.
“Kami mendukung program vaksinasi untuk 10.000 orang lansia, guru serta petugas publik dengan vaksinasi gratis, yang bertempat di ICE, Tangerang. Kami bersyukur animo serta respon masyarakat sangat bagus dan mendapat sambutan dari Bupati, Menteri Kesehatan dan Presiden RI pada saat dilaksanakan vaksin pertama pada tanggal 8 dan 9 Juni 2021 minggu lalu,” kata Suparno Djasmin, Director-In-Charge Astra Financial, Transportation & Logistic.
Masih kurang?
Mereka juga mendorong kemandirian para disabilitas, hingga melakukan penghijauan dengan menanam 4.500 pohon endemik di 55 titik se-Indonesia, hingga memecahkan rekor MURI.

Sebanyak itu, kawan!
Memang, menjaga dan merawat Indonesia itu tak semudah merusaknya.
Maka kamu, wahai kamu yang tukang ngeyel, yang gak mau pakai masker, yang doyan ngumpul, yang bilang Corona adalah konspirasi, yang gak mau divaksin, yang menuduh para dokter bersekongkol dengan pemerintah.
Wahai kamu, kamu tinggal menunggu waktunya tiba, jika masih tetap berdiam dengan pongahmu!
Waraslah![]