Saat ini, sebagian besar budaya pebisnis saat menggunakan budaya digital. Faktor pendorong pergeseran bisnis digital karena adanya perkembangan teknologi. Kemudian, di masa pandemi Covid-19, banyak hal dialihkan dari offline menjadi online, memaksa masyarakat pun mempelajari dunia digital.
Tren perubahan perilaku konsumen yaitu peduli kesehatan, fokus kepada harga dan kebutuhan, sering memasak di rumah, layanan bebas kontak, cashless, layanan cepat dan efisen, model bisnis berlangganan, dan serba online.
“Internet adalah salah satu kebutuhan basic. Ketika saya ke salah satu desa di Ubud dan tanya ‘kalau nggak ada internet bagaimana?’ Jawaban mereka mati gaya, kuota atau internet juga menjadi kebutuhan saat ini. Mereka kalau bosen juga buka game, dan marketplace untuk ibu-ibu,” tutur Komang Triwerthi dalam Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital wilayah Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Rabu (30/6/2021).
Komang Triwerthi mengatakan, proses bisnis saat ini banyak dilakukan secara digital. Bisnis tradisional sudah banyak berkurang. Di samping itu, bisnis tradisional memakan banyak biaya karena tidak bisa semuanya dilakukan dari rumah.
“Di era digital, semua arus informasi bisa di akses. Kembali lagi kita harus bijak, kita harus saring sebelum sharing, maka dari itu akan lebih produktif. Semua bisnis bisa dilakukan melalui internet berikut dengan proses pembayarannya,” tambahnya.
Proses bisnis digital melalui e-commerce bisa dilakukan semudah melalui smartphone, kemudian memilih barang, melakukan pembayaran, dikirim, hingga akhirnya barang sampai ke tempat pembeli. Ia juga menuturkan, model bisnis yang muncul selain menggunakan e-commerce terdapat marketplace, Instagram, YouTube, dan ojek online.
Di masa pandemi, bisnis yang berhasil banyak dimanfaatkan orang adalah sewa Zoom meeting. Sebelum pandemi, Zoom meeting tidak terlalu diperlukan. Namun, di masa pandemi Zoom meeting merupakan satu platform yang paling dibutuhkan untuk berkomunikasi dengan keterbatasan jarak. Banyak bermunculan juga bisnis yang menawarkan kelas online untuk mengasah skill dan semacamnya.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKomInfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Rabu (30/6/2021) ini juga menghadirkan pembicara Gede Sastrawangsa (Dosen Institut Teknologi dan Bisnis ITKOM Bali), Amalia Chairy (Relawan TIK, Dosen PTN), Acep Syaripudin (Digital Literacy Coordinator – Internet Safety ICT Watch), dan Dian putri Nitami.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital. Kegiatan ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.
Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.












