Masa ke masa internet hadir di Indonesia memang terlihat banyak perbedaan. Kecanggihan teknologi itu berkembang terus sangat cepat. Sebagai pengguna, kita dituntut juga untuk menyadari dengan segala perubahan ini. Warga digital pun harus terus berkembang mengikuti perkembangan teknologi informasi semakin berhati-hati dalam dalam beraktivitas di ruang digital.
Didi Rustandi relawan TIK yang juga dosen Telkom University mengatakan, jika dibandingkan tahun 2010 internet masih dianggap dunia lain bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Bahkan orang-orang merasa dapat bersembunyi di balik akun.
“Jika sebelum tahun 2010 ada kampenya ‘Jangan Bugil Depan Kamera’ sekarang berubah, jangankan di depan kamera tapi di manapun. Sekarang ada kamera CCTV atau orang iseng. Di kamar mandi umum contohnya, kita harus mulai peka ke arah sana,” jelasnya saat menjadi pembicara dalam acara Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 untuk wilayah Kabupaten Bandung, Jawa Barat Jum’at (2/7/2021).
Sama seperti kejadian saat mudik lalu ada ibu-ibu yang dilarang mudik malah balas dengan perkataan sumpah serapah hingga akhirnya viral. Mereka tidak sadar walaupun tidak mengambil gambar sendiri tapi ada orang yang mengabadikan.
Dalam hal itu sudah terjadi perubahan interaksi sosial dulu harus ketemu tatap muka kalau sekarang tanpa ada tatap muka karena sudah ada teknologi. Saat kita sendiri pun kita sedang kontak untuk orang lain bahkan ada yang tidak sadar kamera laptopnya masih menyala. Jika tidak hati-hati.
Permasalahan antara ruang realitas dan ruang maya, ini sangat tipis bahkan sudah tidak ada. “Meskipun di dunia digital kita berkirim pesan di ruang privat tapi sesungguhnya itu tidak sepenuhnya ruang privat. Bisa saja percakapan privat menjadi bukti, maka tetap berhati-hati dalam berucap,” ungkapnya.
Di dunia digital walaupun tidak menggunakan nama atau foto asli tapi kita masih akan tetap ketahuan berada di mana karena setiap yang mengakses internet memiliki IP address. Warga digital harus paham ini, jangan merasa aman menjadi anonim.
Permasalahan lain ialah, seseorang mengaku sebagai orang lain untuk tujuan menipu. Masyarakat digital juga diharapkan adaptif dengan fungsi berjejaring berbagai media sehingga menggunakan sesuai dengan jenis dan tujuan media digital tersebut.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Jumat (2/7/2021) juga menghadirkan pembicara, Bambang Iman Santoso (CEO Neuronesia Learning Center), I Gede Ngurah Wiranta Ary (Relawan TIK Bali), Enda Nasution (Koordinator gerakan #BiijakBersosmed), dan Rio Silaen (Key Opinion Leader)
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital. Kegiatan ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.
Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.












