Membesarkan anak di era digital memang penuh dengan tantang yang lebih lagi. Bukan hanya harus mengawasi keseharian mereka namun juga selalu sigap untuk memantau mereka di dunia digital.
Orang tua harus menjaga keamanan anak, mereka berusaha untuk terus memantau apa yang dilakukan anak. Padahal, keamanan bagi anak itu adalah sebuah kepercayaan dari orang tua atau dari para orang yang lebih dewasa dari dirinya. Kepercayaan yang seperti apa tentunya yang disertai dengan pendampingan atau membersamai mereka tanpa memantau berlebihan.
Masih ingat kasus orang tua memarahi kasir minimarket karena membiarkan anaknya kembali voucher game sebesar Rp 800 ribu. Itu dapat dijadikan pelajaran bagi orang tua untuk memberikan kebebasan namun tetap harus sesuai kontrol mereka.
Bintang Cahya, Founder Kelas Penyiar dan anggota di Komunitas Ibu Profesional menjelaskan, tantangan orang tua zaman sekarang yakni memang kemudahan akses internet. Ibarat pisau yang bermata dua, orang tua tidak dapat menyalahkan internet atau kecanggihan teknologi.
“Ketika kita bisa memanfaatkannya dengan baik bisa kita semakin terasah dan bisa kita manfaatkan untuk hal yang baik gitu tapi kalau misalnya ternyata penggunaannya adalah untuk hal-hal yang di luar niatan yang baik, malah bisa mencelakakan kita,” jelas Bintang dalam Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 wilayah Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin (5/7/2021).
Berikan pemahaman tersebut pada anak, internet merupakan sesuatu yang sangat berguna namun juga dapat mencelakakan. Maka harus berhati-hati.
Tantangan kedua kebebasan yang diinginkan anak, mereka ingin setelah sekolah daring lanjut berselancar di internet di luar dari pelajaran. Perlu dibuat kesepakatan agar anak mengerti jika kebebasan waktu tidak dapat mereka dapatkan. Kebebasan soal konten yang diakses juga dapat menjadi bahan kesepatakan orang tua dan anak.
“Karena mereka lebih banyak terpapar oleh informasi, makanya sebagai orang tua kita juga harus belajar terus. Jangan menutup diri dari kemajuan atau perubahan-perubahan yang terjadi,” saran Bintang.
Tantangan yang berikutnya adalah mereka termasuk user generated content, semua orang bebas untuk membuat konten. Semua adalah pencipta konten sehingga anak-anak jadi bebas untuk menyaksikan atau menerima konten apapun. Maka, penting untuk memberikan pemahaman apa saja yang boleh mereka lihat dan alasannya. Bukan hanya sekadar mengawasi tanpa memberikan pengertian sebab, mereka bisa saja melanggar jika tidak ada orang tua di samping mereka.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin (5/7/2021) juga menghadirkan pembicara Nuril Hidayah (Mafindo), Al Akbar Rahmadillah (Sobat Cyber Indonesia), Ria Ariyanie (praktisi public relation) dan Dian Putri Nitami sebagai Key Opinion Leader.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital. Kegiatan ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.
Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.












