Kekuatan digital itu ialah ada pada menyatukan ruang-ruang yang terpecah menjadi satu ruang digital. Bagaimana membuka ruang digital itu? Tentu jawabannya dengan memindahkan budaya Indonesia ke digital.
Budaya digital sebuah konsep bagaimana teknologi membentuk cara berinteraksi. Pengguna internet Indonesia hingga 2020 sudah lebih dari 73 juta. Artinya lebih dari separuh masyarakat Indonesia terhubung ke dunia digital. Data ini meningkat seiring dengan bahan alami membuat semua aktivitas masyarakat berpindah ke ruang virtual.
Rita Gani, dosen Universitas Islam Bandung (Unisba) yang juga anggota Jaringan Penggiat Literasi Digital mengatakan, kini diam di rumah menjadi sebuah keharusan dengan digital sebagai penghubung. Dengan konsep Ini akhirnya cara berpikir, perilaku dan komunikasi masyarakat terhubung oleh teknologi. Membawa pada banyak tantangan baru.
“Banyak hal yang harus kita perhatikan ketika ruang konvensional kita sehari-hari bermasyarakat pindah ke digital. Setiap masyarakat harus waspada karena dunia digital itu mengaburkan wawasan kebangsaan salah satunya ialah mengurangi kesopanan dan kesantunan dalam berperilaku dengan orang lain,” ungkapnya di Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 untuk wilayah Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, Jumat (23/7/2021).
Nilai kesopanan masyarakat Indonesia sekarang luruh terutama jika sudah masuk digital. Padahal seharusnya tidak ada perbedaan antara dunia digital dengan dunia luar jaringan. Namun pada kenyataannya hanya sedikit yang mengerti mengenai konsep itu.
Tantangan selanjutnya, budaya Indonesia hilang berganti dengan budaya asing sehingga mendominasinya nilai dan produk budaya asing. Masih teringat ketika restoran cepat saji McD mengeluarkan BTS meal. Para generasi muda Indonesia khususnya generasi Alfa berbondong-bondong untuk membelinya sampai menimbulkan kekacauan di tengah pandemi ini.
“Makanan yang tidak seberapa itu memang dikemas lebih luar negeri dan budaya atau kesukaan dari luar negeri yang ditampilkan,” ucap Rita gemas.
Bisa dilihat, produk budaya asing lambat laun akan menggantikan produk lokal. Hal ini akan sangat menjadi tantangan untuk membangkitkan kembali kecintaan terhadap produk lokal. Membawa budaya Indonesia ke digital sudah dilakukan oleh para budayawan. Memindahkan ruang biasa kedua uang digital itu menjadi sesuatu hal yang mengasyikkan. Namun, tidak cukup hanya para budayawan yang melakukan itu, tidak sebanding jumlahnya dengan masyarakat lain. Maka, kecintaan terhadap Indonesia terus dipupuk.
Selanjutnya yang menjadi tantangan ialah berkurangnya toleransi dan penghargaan terhadap perbedaan. Indonesia yang keberagaman ini masih sangat sulit untuk disatukan terutama di bidang bidang tertentu seperti politik dan di momen-momen seperti pemilu adalah puncaknya bagaimana mereka bisa terpecah.
Tantangan lain di media digital ialah, sudah tidak ada lagi batasan privasi. Rita mengatakan, sekarang tidak perlu berkenalan dengan anak-anak teman kita, kita sudah mengetahui keseharian mereka.
“Tidak perlu juga datang ke rumahnya, karena hanya dari media sosial mereka, saya sudah tahu teman saya ganti sprei warna apa hari ini. Saya tahu letak perabotan di rumahnya. Semua terbuka lebar di ruang digital,” tutur anggota Mafindo ini.
Terakhir tantangan budaya bermedia digital adalah bagaimana proses untuk hak cipta dan karya intelektual. Banyak yang bisa kita produksi di ruang digital tapi tidak disertai dengan kemapanan orang untuk mengetahui bahwa bagaimana cara menghargai karya orang lain. Terjadi plagiasi di mana-mana terutama dalam dunia akademisi, pengakuan produk di mana-mana sampai kebudayaan kita diakui negara lain. Bagian dari tantangan yang harus kita hadapi sekarang ini.
Namun, Rita yakin menjawab tantangan ini ialah dengan menjalankan nilai Pancasila dalam budaya bermedia digital. Membuka wawasan kebangsaan seluas-luasnya, menanamkan Pancasila di hati setiap masyarakat.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, Jumat (23/7/2021) ini juga menghadirkan pembicara AmyKanita (Kreator Konten), Ariyo Zidni (Pendongeng), Bukhori (RTIK Sukabumi), dan Btari Sekar Ayu sebagai Key Opinion Leader.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital. Kegiatan ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.
Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.












