Masa pandemi menjadi tantangan yang berbeda bagi generasi Z dan Alpha saat ini. Selama 1,5 tahun pandemi terjadi apakah kita sudah melihat kondisi anak ini? Ada beberapa aspek yang harus diperhatikan selain pendidikan, yaitu aspek sosial dan hiburan.
Fiona Damanik, Counselor Universitas Multimedia Nusantara, mengatakan, sebelum pandemi keterampilan sosial bisa dilatih menggunakan beberapa aktivitas. Selama pandemi ini, apakah kita memperhitungkan bagaimana anak mengasah skill sosialnya? Kemudian, untuk hiburan bukanlah game, melainkan keterampilan yang dapat mengembangkan diri anak.
Di samping kedua aspek tersebut, kita juga harus memperhatikan kesehatan fisik dan mental. Kesehatan fisik masih menjadi hal utama, terlebih di masa pandemi. Selain itu, kesehatan mental melibatkan perasaan dan perilaku yang dapat mempengaruhi imun dan kesehatan fisik.
“Tentu kita sebagai individu perlu pola untuk mengelola diri kita, namun tidak kalah pentingnya juga untuk anak-anak kita berikan perhatian selama pandemi,”ujar Fiona saat menjadi pembicara dalam Webinar Literasi Digital wilayah Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Kamis (22/7/2021).
Pertama, ada adiksi atau ketergantungan, yakni ketika anak bermain gadget lebih dari 12 jam per hari hingga lupa makan, minum, serta aktivitas lainnya. Kedua, pasif ketika anak suka sekali dan terpaku hanya pada gadget. Ketiga, perkembangan sosial sebagai kebutuhan utama manusia dalam menjalin relasi. Keempat, terkait pengelolaan emosi ketika anak tidak mampu bernegosiasi dengan emosinya.
Lanjutnya, setelah mengetahui keadaan anak, kita sebagai orang tua juga perlu merefleksikan diri yang memperhatikan beberapa hal. Pertama, kestabilan emosi antara emosi positif dan negatif, dan mengenali eksekusi perilakunya. Kedua, kestabilan ekonomi, tentu penting dan bisa diusahakan memanfaatkan media digital. Ketiga, kesehatan dan hal ini harus dicontohkan kepada anak. Misalnya, orang tua menyuruh anak untuk tidur jam 10, maka orang tua juga harus melakukan itu. Keempat, pengetahuan teknologi.
“Pada zaman ini, generasi anak-anak telah melampaui orang tua mereka dalam penggunaan teknologi baru,” jelasnya.
Sebagai pembimbing anak yang ingin masuk ke dalam dunia mereka dalam beraktivitas di internet, dengan memaknai aktivitas yang dilakukan anak, menanyakan manfaat dan kesenangan yang didapat anak melalui aktivitas tersebut. Kedua, konsekuensi logis, sampaikan pada anak dampak negatif internet yang logis. Dengan itu, anak akan mengambil keputusan dan hal ini juga melatih proses pengambilan keputusan pada anak. Kemudian, ketika anak memiliki masalah, dengan adanya pemaknaan aktivitas, konsekuensi, dan mengambil keputusan, anak akan mampu menghadapi masalah tersebut.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Siberkreasi. Webinar Literasi Digital wilayah Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Kamis (22/7/2021) juga menghadirkan pembicara, Dino Hamid (Ketua Asosiasi Promotor Musik Indonesia), Vivi Andriyani (Marcomm & Promotion Sepcialist),Asitya Nova Putra (Ketua Jurusan Hotel International University Liasson Indonesia), dan Louiss Regi Aude.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital