Di dalam dunia digital, para warga digital juga memiliki hak digital sama seperti hak asasi manusia. Yakni menjamin tiap warga negara untuk mengakses, menggunakan, membuat dan menyebarkan media digital. Hak digital terdiri dari hak untuk mengakses, hak untuk berekspresi dan hak untuk merasa aman.
Selain hak, tentu di dalam kehidupan bernegara ada juga tanggung jawab seperti menjaga hak-hak atau reputasi orang lain, menjaga keamanan nasional atau ketertiban masyarakat dan kesehatan atau moral publik. Santi Indira Astuti, pengurus Jaringan Penggiat Literasi Digital (Japelidi) mengatakan, dalam hak-hak digital warga digital dalam akses digital hubungannya dengan piranti digital. Kesempatan untuk berpartisipasi secara elektronik lalu boleh melakukan kebebasan berekspresi.
“Kebebasan mencari, berbagi informasi, kebebasan berpendapat. Ekspresikan diri dan apapun yang menjadi prasyarat demokrasi, namun tetap sesuai dengan aturan yang ada. Perlindungan privasi, yakni hak melindungi tentang kondisi diri kita yang tidak ingin diketahui oleh orang lain agar tidak disalahgunakan,” ujar Santi dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, Selasa (3/8/2021).
Kekayaan intelektual juga menjadi hak eksklusif yang timbul sebagai hasil olah pikir serta kreativitas yang membuahkan produk atau proses berguna bagi manusia. Akses digital memang digunakan sebaik-baiknya untuk mengakses sumber informasi valid yang dapat membuat kita terhindar dari jebakan hoaks.
Membantu kita dalam mengambil keputusan hingga menyelamatkan orang lain ataupun kita sendiri dari fitnah atau tuduhan palsu. Mengakses perangkat secara legal, jelas melindungi kita dari perbuatan yang melawan hukum karena melanggar hak cipta milik orang lain. Terakhir, mengakses program sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dapat membantu kita mengoptimalkan fungsi program atau alat serta menghindari kerusakannya.
“Kebebasan berekspresi mengungkapkan aspirasi beropini membuat konten apapun itu memang boleh tapi banyak hal yang harus kita perhatikan. Tentu ada yanhg boleh dan tidak di ruang digital. Seperti kita boleh memproduksi konten apa saja sepositif. Viral boleh namun dengan sesuatu yang menginspirasi yang baik. Berbagi konten juga yang positif, berkolaborasi dengan siapapun berpartisipasi mengisi ruang digital secara positif melalui apapun misalnya crowd funding melakukan konser digital atau apapun,” jelasnya.
Sementara yang tidak boleh dilakukan adalah, mempopulerkan gaya hidup yang tidak sehat. Menyebarluaskan konten yang mengandung unsur pornografi, sensualitas atau vulgar. Menyebarkan ujaran kebencian terhadap sesuatu, fitnah dan hasutan untuk melakukan diskriminasi dan provokasi kepada seseorang atau kelompok tertentu. Semua aktivitas kekerasan yang dapat menimbulkan permusuhan dan memecah belah persatuan itu dilarang ditengah hak kebebasan berekspresi. Ada ancaman hukum yang mengintai, maka berhati-hatilah.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, Selasa (3/8/2021) juga menghadirkan pembicara Lucia palupi (Praktisi Event Organizer), Ahmad Rofahan (RTIK Cirebon), Aidil Wicaksono (Podcaster), dan Deya Oktarisa sebagai Key Opinion Leader.
