Ruang digital menjadi tempat sehari-hari kita kunjungi yang sebenarnya merupakan sebuah perwakilan dari dunia nyata. Sehingga bukan dunia pengganti atau berbeda, keduanya sama.
Zaman dulu bisa dikatakan berbeda karena untuk mengakses intermet cukup sulit. Harus memiliki telepon rumah dahulu, harus pergi ke warnet butuh usaha lebih. Berbeda dengan sekarang jadi kita harus menggap dua ruangan ini sama sehingga kita harus memperlakukan ini dengan sama.
Kis Uriel, seorang Development Coach dan Storyteller berkomentar mengenai ruangan digital, menurutnya ruang digital sebagai sarana komunikasi, tempat bertemu dan berinteraksi tanpa tatap muka. Kita semua memang tidak langsung dengan wajah namun hanya layar ponsel atau laptop, meski begitu inilah pertemuan layaknya keseharian. Kita dapat melakukan apa saja yang sama yang kita lakukan di dunia offline berekspresi dan berkreasi.
Di ruang digital juga sebagai media pencarian dan penyebaran informasi, tidak takut lagi untuk tidak paham sesuatu yang bukan bidang kita sebab semua informasi ada di internet. Segala realita tidak terpisahkan di era informasi. Penting menjabarkan ruang digital kepada masyarakat Indonesia yang mulai melek teknologi, yang kini sibuk berinternet dan masuk dalam media sosial.
“Karena kebanyakan orang kesulitan untuk membedakan antara ruang digital dan ruang nyata. Kesulitan melihat ruang digital itu sesuatu yang nyata. Akhirnya yang terjadi, di ruang digital karena merasa mukanya tidak terlihat, sehingga merasa boleh sembarangan memaki orang. Karena identitas tidak menggunakan yang asli, akhirnya dia sengaaja menyebarkna hoaks. Pakai akun anonim membuat seseorang berhak untuk melakukan ujaran kebencian,” ujar Kis dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 wilayah Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, Rabu (18/8/2021).
Banyak orang yang lupa ruang digital itu hanya cerminan dirinya, jadi kalau kita melakukan hal yang buruk di ruang digital, otomatis meninggalkan jejak yang tercatat selama-lamanya. Itulah yang disebut dengan jejak digital di ruangan ini. Hal ini sangat penting untuk disadari karena jejak digital itu sangat penting untuk masa depan kita. Jika akan melamar pekerjaan, zaman sekarang bukan hanya CV atau sesuatu di dunia offline tetapi yang ada pada kehidupan digital seperti akun media sosial.
“Kita pernah nge-tweet apa, menghina siapa, melakukan kriminal apa di ruang digital, membagikan informasi yang seperti apa. Itu yang kini menjadi bahan pertimbangan dalam penerimaan pekerjaan. Jejak digital positif juga dapat membantu seseorang, menaikkan citra lebih positif dan kepercayaan,” ungkapnya.
Jadi, ruang digital dan luar jaringan atau offline harus disamakan, masyarakat Indonesia yang sudah menjadi penghuni ruang digital harus memahami ini agar tidak lagi ada predikat netizen Indonesia atau warga digital kita menjadi yang paling tidak sopan se-Asia Tenggara. Sangat berbeda sekali dengan apa yang selama ini menjadi ciri khas masyarakat Indonesia. Ini bukti pemahaman masyarakat Indonesia mengenai ruang digital itu belum maksimal.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, Rabu (18/8/2021) juga menghadirkan pembicara Byrlina Gyamitri (Psikolog), Wijaya Kusuma Ketua RTIK Kabupaten Subang, Idul Futra (Digital Marketing Specialist), dan Ribka sebagai Key Opinion Leader.