Seorang influencer yang juga memiliki bisnis tidak bisa hanya mengandalkan nama besarnya saja untuk membuat bisnisnya terus eksis. Seperti yang terjadi pada Ida Rhinjsburger, influencer sekaligus pemilik bisnis perhiasan @ifjewellery.
Diakuinya, memanfaatkan konten di media sosial untuk membangun kedekatan dengan konsumen, banyak pengikut organik yang memang mengikuti akun media sosial @ifjewellery karena senang dengan kontennya.
Berdiri pada 2019, tepat sebelum pandemi tahun pertama berbisnis itu baginya sebagai masa pengenalan. Kisah seru dibagikannya, saat ingin merayakan satu tahun dia juga akan memamerkan koleksi terbaru dengan mengadakan acara namun pandemi terjadi.
“Akhirnya saya berpikir bagaimana membuat acara di tengah pandemi ketika awal PSBB itu dilakukan. Pada saat awal pandemi itu orang-orang masih kebingungan bagaimana cara terhubung menghadiri sebuah acara tanpa keluar rumah, tanpa bertatap mukasecara langsung. Kami mencoba banyak hal karena ini sesuatu yang baru tidak seperti sekarang kita terbiasa melakukan webinar. Dari situ, saya sadar untuk terus meningkatkan performa di media sosial, karena tidak bisa lagi mengandalkan toko offline,” jelasnya saat berbagi sebagai Key Opinion Leader di webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 wilayah Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Kamis (19/8/2021).
Akhirnya, Ida fokus untuk mempromosikan @ifjewellery masuk dalam marketplace dan media sosial, mengambil iklan berbayar agar lebih maksimal. Nyatanya memang banyak menjaring konsumen baru, tantangan terus datang karena harga emas yang tidak stabil, ditambah daya beli masyarakat juga menurun akibat pandemi.
Ida dan timnya juga membuat konten berbeda, tidak selalu harus promosi tapi juga memberikan edukasi yang masih berhubungan dengan binsisnya. Seperti bagaimana cara membersihkan perhiasan, mengukur sendiri perhiasan yang diinginkan sehingga mereka tidak salah dalam mengukur jari, pergelangan tangan bahkan untuk kalung juga dapat disesuaikan Jadi, Ida mengaku selalu mutar otak untuk menemukan ide untuk membuat konten dan apa yang dapat dia tunjukan lebih kepada pelanggannya.
Menjaga kepercayaan konsumen terutama konsumen online baginya tidak mudah. Karena persaingan dagang di dunia digital lebih ketat. Menurutnya, dengan memberikan layanan yang sama dengan saat mereka datang ke toko offline. Cara berkomunikasi dengan tutur kata sopan, bahasa baik dan benar tidak bisa sembarang, melayani dengan hati.
“Saya rasa feedback yang mereka berikan juga akan positif. Kalau ada yang beli, kita update selalu, saat dikirim kemudian berikan resi, perjalanan kurir kita pantau dan kami kabari. Hal-hal seperti itu yang selalu kami lakukan. Ketika sudah sampai pun, kami akan bertanya kondisinya seperti apa, suka atau tidak. Layanan untuk konsumen itu yang membuat mereka merasa diperhatikan, ketika kita memberikan ekstra kepeedulian mereka pasti akan senang dan tidak akan sungkan merekomendasikan tempat kita ke teman-temannya,” ungkap Ida.
Hidup dengan 24 ribu lebih followers di Instagram, membuatnya lebih hati-hati dalam bermedia sosial. Misalnya selalu membagikan hal yang positif dan menyenangkan termasuk video TikTok dia dan teman-temannya, juga kata-kata menginspirasi. Ida pun mengaku tidak pernah membagikan informasi negatif atau tidak dikethaui kebenarannya. Katanya, “Stop di saya, tidak akan pernah saya bagikan ulang,”
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Siberkreasi.
Webinar juga menghadirkan pembicara Ronal Tuhatu (Psikolog), Dedy Helsyanto (Kordinator Program Mafindo), Chairi Ibrahim (Konsultan Marketing Digital) dan Afif Mas’udi Ihwan Relawan TIK Semarang.