Hoaks sebuah berita bohong yang ada unsur kesengajaan memang untuk sebuah tujuan jahat. Sebuah kebohongan atau informasi sesat yang sengaja disamarkan agar terlihat benar dan biasanya memainkan emosi masyarakat.
Masyarakat dibuat tidak sadar bahwa apa yang dia baca, dia dengar dan dia lihat itu adalah sebuah kebohongan bahkan bisa jadi disebarkan oleh orang-orang terdekat kita. Hoaks menurut Wikipedia merupakan usaha untuk menipu atau mengakali pembaca dan pendengarnya untuk mempercayai sesuatu padahal pencipta berita yang tersebut tahu bahwa berita yang ia berikan adalah berita palsu.
Nanang Abdurahman founder Indonesia training consultant menyebut, bahkan banyak yang mengatakan, menyembunyikan berita benar merupakan bagian dari hoaks.
“Sangat menarik karena seiring perjalanan waktu kita juga sebenarnya harus menyebarkan berita-berita yang benar atau mengklarifikasi berita hoaks , jangan membiarkannya. Jadi hoaks itu dibuat oleh orang jahat, disebar oleh orang bodoh dan dipercaya oleh orang idiot,” ucapnya di webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 Kabupaten Indramayu, Jawa Barat Jumat (3/9/2021).
Penyebab paling sering seseorang terpapar hoaks karena rendahnya literasi masyarakat Indonesia. Nanang menyindir minat baca masyarakat tinggi tapi baca pesan baca hal-hal yang kontroversial saja. Rendahnya literasi membuat masyarakat tahu apa yang dia terima sehingga yang dilakukan hanya ingin membagikan saja dan malas untuk mencari tahu fakta yang sesungguhnya.
Puber teknologi juga menjadi penyebab maksudnya adalah merasa paling tahu mengenai teknologi. Ketika dia mendapatkan informasi, dia merasa teknologi ini adalah suatu yang benar tidak perlu lagi kita mencari tahu.
Adanya subjektivitas artinya ketika kita memiliki fanatisme terhadap seseorang, orang yang kita percaya orang kita kagumi atau sampai kita mengkultuskan. Itu terkadang membuat orang tutup mata terhadap berita apapun.
“Fear of missing out atau takut kehilangan atau dianggap tidak update atau seseorang ingin yang paling pertama membagikan. Biasa sering sekali terjadi di grup WhatsApp tidak dikonfirmasi terlebih dahulu tidak mencari tahu tapi yang penting paling pertama membagikan informasi. Agar anggota grup mengakui kita sebagai orang yang palingtahu segalanya,” tambahnya.
Jika seseorang terpapar hoaks itu mereka mungkin akan mendapatkan dampak-dampak seperti ber emosi tidak stabil selalu beropini negatif atau atau selalu melakukan provokasi dan agitasi yang selalu negatif atau selalu berpikiran tidak ada keadilan baginya. Bisa membunuh karakter seseorang dan disintegrasi bangsa atau perpecahan perpecahan di media sosial pun bisa berakibat ke dunia nyata konflik-konflik yang terjadi
Webinar juga menghadirkan pembicara Laura Ajawaila (Psikolog), Loina Lalolo Irina Perangin Angin (Mafindo & Tular Nalar), Aidil Wicaksono (entrepreneur, podcaster), dan Gabriela Citra sebagai Key Opinion Leader.