Bagaimana peraturan dan apa yang sebaiknya kita harus lakukan dalam beretika di dunia digital. Sebenarnya masyarakat Indonesia sudah diajarkan oleh pepatah sejak dulu lain ladang lain ilalang, lain lubuk lainpula belalangnya.
Artinya kita harus sangat memahami setiap orang berada di dalam negara yang sangat-sangat multibudaya, multibahasa, dan multi segalanya. Di dunia digital kita mengenal budaya orang lain selain budaya kita. Dengan itu kita bisa belajar, kita mengetahui budaya orang lain, kita bisa bersikap dan berinteraksi dengan tepat.
Rizal Tanzil Rakhman, Ketua bidang pemrograman Asosiasi Pertekstilan Indonesia Nasional mengatakan, kita harus mengetahui budaya di suatu negara. Contohnya mengusap kepala orang lain, di Amerika atau Eropa gestur itu berarti bentuk kekerabatan sementara di Thailand dianggap tidak sopan.
bola selesai mencetak gol teman-temannya lebih sering mengusap kepala.
Orang Indonesia senang tersenyum dengan siapapun orang bahkan yang tak dikenal di jalan. Lain halnya bagi orang Rusia, tersenyum pada orang asing dianggap sebagai hal yang aneh.
Etika di ruang digital itu sama seperti di dunia nyata, maka artinya kita harus kenal dengan siapa kita berinteraksi. Budaya apa yang kita apa yang harus kita bangun pada orang yang tidak dikenal, bisa komunikasi lancar padahal belum pernah bertemu, itu juga harus diperhatikan dengan baik.
“Etika digital artinya di manapun kita berada, tetap harus menghormati aturan berlaku atau norma aturan yang harus kita lakukan sama. Kita sudah mengetahui budaya atau etika dengan siapa kita bicara, kita punya sikap yang tepat dengan berinteraksi dengan orang tersebut sehingga ini yang penting sama antara ruang digital maupun ruang offline,” ungkap Rizal saat menjadi pembicara dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kabupaten Bandung, Jawa Barat Jumat (3/9/2021).
Ingat keberadaan orang lain atau harus tahu betul dengan siapa kita berinteraksi menjadi salah satu etika digital. Meskipun yang di hadapan kita layar, namun nun jauh di sana juga sama manusia seperti kita yang terhubung dengan internet. Lakukan hal dengan sangat hati-hati sebelum komen dan mem-posting. Berpikir lebih dulu sebelum berkomentar saat kita merasa tidak terlihat komentar merasa seenaknya. Padahal kita tahu ada jejak digital yang bisa menjadi bumerang kalau kita berkomentar sembarangan.
“Menghormati waktu dan bandwidth orang lain juga bagian dari etika, ketika kita saat berkirim pesan harus mengetahui waktu mungkin saja dia sedang beristirahat atau saat dia sedang beribadah. Kemampuan untuk orang memiliki kuota juga tidak sama sehingga kita harus tahu jangan sampai kita mengirimkan file yang memakan kuota banyak,” lanjutnya.
Kemudian bagi ilmu dan bukan berita berita bohong, provokatif. Jadilah pembawa damai dalam diskusi yang sehat bukan provokator. Jadilah seorang yang mudah memaafkan orang lain sehingga permasalahannya akan cepat selesai. Baik untuk menjadi seorang pemaaf daripada harus memendam bahkan harus melapor ke pihak berwajib.
Webinar juga menghadirkan pembicara Esa Firmansyah (RTIK Sumedang), Eko Prasetyo (Pakar Teknologi Informasi), Richard Paulana (COO TMP Event), dan Diza Gondo sebagai Key Opinion Leader.