Bagi sebagian orang media sosial seperti tempat singgah kedua setelah dunia nyata. Terlebih di masa yang serba menggunakan teknologi.
“Berkeluh kesah, menyatakan perasaan, mencari pekerjaan, dan mendapatkan penghasilan pun dilakukan oleh banyak orang di media sosial,” tutur Erri Gandjar, GA Director OZ Radio Bali, sekaligus narasumber dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kabupaten Subang, Jawa Barat, Kamis (9/9/2021).
Secara umum, media sosial diartikan sebagai media online yang digunakan sebagai sarana interaksi sosial online di dunia internet. Di media sosial penggunanya bisa berkomunikasi satu sama lain yaitu berinteraksi, berbagi, networking, dan kegiatan lain. Tujuan media sosial ialah sebagai media komunikasi alternatif bagi masyarakat.
Masing-masing penggunanya pun memiliki tujuan berbeda, seperti meningkatkan aktualisasi diri, mengekspresikan diri, dan membentuk komunitas. Media sosial pun menjadi wadah tempat berkumpulnya masyarakat online yang mempunyai atensi sama untuk saling beirnteraksi dan bertukar pendapat.
“Jadi tidak heran mengapa saat ini banyak orang-orang menggunakan media sosial agar terkenal dan menjadikan lahan pekerjaan untuk mendapatkan pundi-pundi uang,” ungkapnya.
Erri menyampaikan, media sosial ini penting untuk menjalin hubungan personal dengan orang lain secara individu. Saat ini terdapat banyak sekali pengguna media sosial yang menemukan teman baru, rekan bisnis, bahkan teman hidup. Selain itu bisa digunakan sebagai media pemasaran.
Jenis media sosial yang paling umum digunakan saat ini yaitu, Instagram, Facebook, Twitter, Telegram, dan lainnya. 170 juta pengguna aktif media sosial di Indonesia juga menunjukkan bagaimana penggunaan media sosial di Indonesia sangatlah tinggi.
Di samping manfaat yang diberikan oleh media sosial, seperti oversharing. Kegiatan oversharing ini berbahaya bagi keamanan dan keselamatan kita, terlebih di ruang publik yang bisa membuka celah kejahatan bagi orang lain.
Ia mengatakan, oversharing sendiri memberikan dampak negatif bagi kita, seperti permasalahan jejak digital, cyberbullying, dan pengaruh masa sekarang ke masa depan nanti. Bagi mereka yang suka oversharing itu menjadikan mereka tidak bisa membedakan batas di dunia nyata dan dunia maya. Hal ini juga berakibat pada tidak dapat membedakan apa yang harus diposting dan tidak.
Oleh karena itu, Erri mengatakan untuk terus berhati-hati dalam menggunakan media sosial dan membiasakan untuk berpikir terlebih dahulu sebelum memposting sesuatu. Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Subang, Jawa Barat, Kamis (9/9/2021) juga menghadirkan pembicara Ryzki Hawadi (CEO & Co-Founder Attention Indonesia), Katherine (Praktisi Kesehatan), Wijaya Kusuma (Ketua RTIK Kabupaten Subang), dan Clarissa Purba sebagai Key Opinion Leader.












