Literasi digital harus diajarkan kepada anak muda oleh para pendidik dan orang tua di rumah. Namun perlu diingat di dalam literasi digital itu bukan hanya mengenai mereka dapat mengoperasikan perangkat teknologi saja namun juga mengenai budaya, etika dan keamanan. Terlebih soal etika yang masih jarang sekali dikenalkan kepada para generasi muda.
Hal tersebut, disampaikan Dandy Idham Chalid Tim Pengembang Kurikulum dan guru MAN 1 Cianjur. Sebagai pendidik, Dandy merasa perlu mengajarkan soal etika yang sebenarnya pelajarannya ini sudah ‘khatam’ bagi mereka. Hal sederhana yang sering dikatakannya kepada para siswa etika merupakan mengenai baik dan yang buruk, tentang hak dan kewajiban moral atau akhlak seseorang. Sehingga jika di dunia digital bagaimana seseorang mampu mempertimbangkan akhlaknya itu di dunia digital.
“Gunakan internet itu dengan manfaat, sesuai dengan keperluannya, lakukan secara bijak karena etika yang dilakukan itu merupakan cerminan diri kamu sendiri. Ituyang sering saya katakan kepada anak didik. Jangan membuka hal-hal yang tidak pantas, tidak berkata kasar di media sosial juga berbagi konten positif,” ungkapnya saat mengisi webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Rabu (15/9/2021).
Anak-anak juga diminta untuk cakap mengelola arus informasi yang sangat deras, jangan panik dengan banjir informasi. Hal yang perlu dilakukan ialah tabayun atau mencari kejelasan. Kompetensi memverifikasi merupakan salah satu skill yang juga harus dimiliki para generasi muda. Karena berkaitan dengan kejelasan dan kebenaran dari sebuah informasi agar terhindar dari luapan informasi tidak benar di media sosial.
Tabayun di ruang digital ialah dengan cara memanfaatkan Google, misalnya Google News, Google Images dan Google fact Check Tools. “Mulai dari gambar atau foto yang beredar dapat dicari ulang di Google, nanti Google akan menampilakan foto yang mirip lalu disana juga diberi keterangan yang sesuai. Apakah keterangan foto tersebut sesuai dengan informasi yang beredar. Segala berita juga semua dapat dicari keywordnya di Google nanti akan apakah keluar informasi yang berasal dari media massa online. Cek juga apakah ada di banyak media karena kita butuh pembanding dari banyak sumber,” jelasnya.
Informasi yang mengandung hoaks juga harus dimengerti tanda-tandanya. Para pendidik dan orang tua harus paham mengenai ini sebelum memberitahukan kepada anak-anak. Jika sudah ada judul yang tidak biasa, cenderung provokatif maka patut waspada. Para produsen hoaks ingin membuat para pembaca hanya sekilas membaca karena sudah terkejut melihat judulnya. Maka tabayun sangat perlu menjadi sikap keseharian kita di dalam dunia digital.
Webinar juga menghadirkan Idul Futra (owner Madame Lim), Made Sudaryani (Konsultan dan praktisi SDM), Lia D. Najib (Art Content Creator), dan Rio Silaen sebagai Key Opinion Leader.












