Adanya transformasi digital membuat seseorang harus menjadi pribadi yang senang belajar akan perubahan itu sendiri. Tidak ada salahnya untuk belajar hal baru memiliki sesuatu ilmu baru yang kita kuasai termasuk dengan digital skill yang konon banyak dibutuhkan di tahun-tahun mendatang.
Mengapa seseorang harus menjadi pribadi yang mau belajar kaitannya dengan transformasi digital. Menurut Reza Haryo, CFO Floaton Bahari Indonesia, seseorang harus terus memperkaya diri supaya tidak ketinggalan zaman. Tekniknya bagaimana dan apa hasil yang diharapkan?
Menurutnya, setidaknya ada 5 fakta yang harus disikapi dengan baik supaya kita terus mau belajar. Pertama, data, konten informasi yang membanjiri kehidupan sehari-hari. Volumenya sangat besar sekali dari mulai buka semua gawai informasi datang bertubi-tubi.
Kedua, bentuknya bermacam-macam terkadang aneh. Berbeda dengan 15 tahun yang lalu, seseorang hanya menerima informasi dalam bentuk teks misalnya koran, majalah, tabloid. Tetapi sekarang informasi dalam bentuk beragam mulai suara, video data yang berstruktur maupun tidak struktur.
“Maka diperlukan keahlian baru untuk bisa mengolah dan mencerna data-data yang aneh bentuknya ini. Selanjutnya yang harus kita sikapi arus data dari sumber ke penikmat informasi itu sangat deras sekali. Saya katakan sangat cepat sampainya dalam beberapa menit saja kita sudah tahu kejadian di luar pulau,” ungkapnya saat menjadi pembicara dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kota Bandung, Jawa Barat, Senin (20/9/2021).
Keempat ialah informasi yang datang itu tidak semuanya valid bisa saja itu sebuah hoaks dan yang kelima adalah apakah informasi itu berkualitas. Meskipun memang itu adalah valid belum tentu informasi itu akan bermanfaat menambah ilmu pengetahuan kita kata-kata juga sesuai dengan harapan yang kita dapatkan
Menurut Reza kalau kita tidak bisa menyikapi kelima ini akan ada ancaman yang kita akan hadapi. Tidak dapat dipungkiri, seseorang tersebut akan menjadi pribadi yang mengkonsumsi banyak informasi yang tidak penting.
“Kalau sudah begitu dia tidak bisa mendapatkan manfaat atau tidak menambah nilai dirinya dan akan mudah terdistraksi. Misalnya ketika sedang belajar atau kerja ada notifikasi datang pasti buka notifikasi dulu. Selalu tergiur untuk membuka media sosial dulu untuk buat status atau melihat status teman hari ini,” jelasnya.
Akhirnya yang terjadi malah keasikan di media sosial itu sehingga pekerjaan atau belajar menjadi tidak berkualitas. Dampak lainnya ialah seseorang yang tidak ingin belajar hal baru sangat tergantung dengan teknologi dari mulai map hingga mencari tahu sesuatu melalui Google. Memang terlihat itu seolah-olah suatu yang mudah dan praktis tapi sebenarnya dibalik itu kita akan menjadi seseorang yang malas.
Webinar juga menghadirkan pembicara Aries Saefullah (Relawan TIK Indonesia), Stefany Anggraeni (Makeup Influencer), Ria Aryanie (Praktisi Komunikasi, CEO Talk Link), dan Kila Shafiq sebagai Key Opinion Leader.