Konten menjadi kunci untuk mempromosikan sesuatu, termasuk soal budaya. Indra Ibeng Riady, Pakar marketing digital menjelaskan dalam membuat narasi di media sosial sebenarnya sama dengan mengobrol di dunia offline.
Meskipun nampak satu arah, namun sesungguhnya, media sosial itu tidak melakukan komunikasi satu arah tetapi dua arah. Karena nantinya akan ada yang berkomentar. Maka, sebuah kewajiban para masyarakat digital selalu membuat konten yang positif dan informatif juga berguna.
“Bisa dibayangkan jika membuat konten negatif mengandung perilaku buruk seperti menghujat. Nanti selain kita akan dihujat balik kolom komentar kita juga akan dipenuhi dengan kata-kata negatif,” ungkapnya saat mengisi webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 wilayah Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Selasa (21/9/2021).
Saat membuat konten terutama untuk kebudayaan, gunakan kata-kata yang tidak membosankan. Menjadi seseorang yang menyenangkan seperti mengobrol bersama teman. Indra menyebut, gunakan kata yuk, ayo lebih persuasif.
“Untuk menjual produk bahasa yang digunakan harus persuasif tidak seperti jualan namun mengajak untuk melakukan sesuatu. Biasanya cara itu cenderung berhasil ketimbang menyuruh membeli,” tuturnya.
Secara visual, harus tertata rapih agar mudah dibaca dan tidak membingungkan. Biasanya dengan layar hitam lalu tampilkan sosok kemudian tulisan. Layaknya sebuah meme tetapi ini lebih serius.
Webinar juga menghadirkan pembicara Herman Pasha (trainer development people), Oktora Irahadi (CEO Infina), Muhammad Agreindra Helmiawan (Dosen STIMIK Sumedang), dan Wafika Andira sebagai Key Opinion Leader.