Hoaks menjadi tantangan paling besar saat di ruang digital. Arus informasi yang begitu deras membuat para pengguna internet ini kewalahan dalam menerima informasi.
Nanang Abdurahman, Konsultan IT menyebut, tidak jarang pula akhirnya masyarakat banyak mengkonsumsi informasi setiap harinya. Berita yang baik maupun berita yang buruk, bukan hanya itu kebenaran dari berita yang dikonsumsi pun belum tentu benar. Sehingga dirinya dapat terpapar hoaks, parahnya jika yang terpapar ini bukan hanya satu orang namun banyak orang karena informasi tersebut sudah disebarluaskan.
“Penyebab hoaks itu memang karena adanya orang yang memproduksi informasi bohong demi keuntungan dia pribadi. Makanya kita jangan mau menjadi penyebar hoaks karena sama saja dengan kita memuluskan rencana jahat mereka,” jelasnya di webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Selasa (05/10/2021).
Jurnalisme yang lemah di masyarakat, tidak memverifikasi, tidak mengecek informasi yang didapat. Faktor ekonomi lemah dan pendidikan rendah juga berpengaruh. Karena mereka tidak dapat atau tidak tahu dengan ilmunya ditambah juga literasi digital yang belum mereka dapat.
Maka dari itu, Nanang menegaskan masyarakat harus mempunyai jurus andalan untuk melawan hoaks yaitu dengan membiasakan melakukan tabayyun atau mengecek ulang apa informasi yang didapat.
Tidak mudah untuk membagikan informasi yang belum selesai kita pastikan kebenarannya. Berpikir positif, berkata positif, berperilaku positif, tidak mudah berburuk sangka kepada orang lain ialah cara untuk melawan.
“Patuhi hukum positif yang berlaku di NKRI juga hukum atau ajaran agama karena tidak ada agama yang mengajarkan untuk melakukan perbuatan tercela seperti membuat berita bohong,” tutupnya.
Webinar juga menghadirkan pembicara, Stefani Anggreani (Beauty Influencer), Chairin Ibrahim (CEO TMP Event), Diana Balienda (Digital Trainer) dan Ribka sebagai Key Opinion Leader.