Wawasan kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya. Kesatuan dan persatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara jadi kuncinya. Jadi, wawasan kebangsaan adalah kesatuan dan persatuan wilayah NKRI.
Panji Oetomo, Founder &CEO PT. Lunaji Petrozka mengatakan, wawasan kebangsaan memang harus betul-betul dipahami bahwa degradasi negara kita biasanya dilakukan oleh orang-orang atau belum atau ada orang-orang iseng.
“Mereka tidak tahu bahwa ID digital mereka ini terkoneksi dengan identitas kita sendiri. Fenomena penyebaran paham intoleran dan radikalisme di ruang digital terjadi karena masyarakat merasa kehadirannya di ruang digital bukan merupakan bagian dari realitas,” ujarnya dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kabupaten Garut, Jawa Barat, Senin (01/11/2021).
Jika dulu di tahun 2000-an, kita masih chatting MRIC atau masih pakai messenger. Itu memang tidak ketahuan kita chatting dengan siapa. Di dunia maya pada saat ini terjadi pergeseran teknologi bahwa setiap kita ini terkoneksi dengan identitas kita ada temen-temen. Dapat juga dilihat dari IMEI di ponsel pintar, dari situ bisa kebuka semua.
Di ruang digital juga ada gerakan serangan pintar yang dapat mendegradasi budaya. Biasanya kita lihat pertama itu dari makanan. Dulu budaya kita dipengaruhi oleh barat dari hot dog atau hamburger dan lain-lain. Di situ akan muncul juga permainan permainannya Indian dan cowboy dan lainnya. Berikutnya fashion yang kebarat-baratan terlalu minim. Juga dipengaruhi fantasi, kehadiran film-film Rambo, Superman Batman. Banyak banyak yang lebih tahu Batman dan Superman daripada Gatotkaca atau mungkin Antasena.
Budaya dari luar juga dapat mengubah filosofi atau cara berpikir, cara menyelesaikan suatu masalah. Seperti hubungan mana yang tabu kini seperti sudah tidak ada lagi bahkan dikatakan kuno jika masing menganggap tabu. Kini, kita masih terdegradasi oleh budaya lain.
“Kini bukan lagi barat tapi masih sesama Asia yakni Korea Selatan, food-nya disukai hingga permainannya. Generasi muda lebih kenal squid game daripada gobak sodor. Fashion juga banyak terinspirasi dari drama Korea,” tuturnya.
Filosofi juga sudah mulai berubah, kita kimi sudah mulai berpikir secara lebih praktis dan lebih terbuka. Panji menjelaskan, dulu kita itu mencurahkan suatu pikiran melalui sesuatu, misalnya buku kita tutup rapat, bahkan mungkin ada kuncinya. Sekarang mereka tulis langsung di Facebook, dibuka secara terang-terangan. Saya tidak suka sama siapa, bad mood dengan siapa. Ada budaya baru memang ada sesuatu yang berubah. Namun, ada beberapa yang perlu kita pertimbangkan untuk bisa membentengi dan mereduksi sedikit dampak-dampaknya.
Webinar juga menghadirkan pembicara, Diana Balienda (Trainer Digital), Stefani Anggraini (Influencer), Dicky Renaldi (Kreator Konten), dan Tanisha Zharfa sebagai Key Opinion Leader.