Informasi bohong di dunia digital cepat sekali menyebar karena dikemas dengan bahasa menarik dan mudah untuk dibaca. Sehingga menjadi rangsangan untuk pengguna digital untuk menyebarkan. Sedangkan untuk informasi klarifikasi dari berita hoaks itu cukup lama untuk dapat diterima masyarakat.
Ai Nurhasan, Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah IV Provinsi Jawa Barat mengatakan, terdapat cara menyikapi agar kita tidak terjebak hoaks yakni perhatikan informasi itu jika terlalu sensitif menyerang kelompok atau sosok tertentu.
“Misalnya ada kabar di Indonesia minggu depan bakal ada kerusuhan karena adanya inflasi, maka harus cepat mengambik uang ke bank. Dicek dulu dari berbagai sumber, samakan dari satu sumber ke sumber lainnya. Kita cek, mana sumber yang terlihat fakta dan valid dan mana yang sumber-sumber yang datanya masih kurang pas,” ungkapnya dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Kamis (18/11/2021).
Kemudian cek identitas penyampai informasi, apakah sumber itu memang berwenang, ada di bidang itu atau kompeten. Kita wajib untuk memastikan hal tersebut. Selain untuk meyakini hokas atau bukan, pengguna internet juga harus cermat apakah informasi ini layak untuk disebarkan.
“Memang tidak hoaks tapi tidak semua informasi itu dapat dibagikan begitu saja. Harus dipikirkan apakah tidak ada orang yang tersakiti, tersinggung. Sebab, kita harus tetap memperhatikan pengguna lainnya jangan sampai mereka tidak nyaman dengan informasi yang kita bagikan,” tuturnya.
Paling penting lainnya ialah, apakah informasi ini bermanfaat atau tidak. Sebab, jika hanya untuk bercanda atau menghibur sebaiknya dapat dipikirkan ulang untuk dibagikan karena masih banyak informasi lain yang lebih penting yang layak kita bagikan. Jadilah generasi bijak membagikan apapun di media digital.
Webinar juga menghadirkan pembicara, Kis Urel (Development Coach), Ismita Saputri (CEO Kainzen Room), Riesye Silvana (Kepala Seksi Pelayanan cabang Dinas Pendidikan wilayah IV Dinas Pendidikan provinsi Jawa Barat) dan Benito sebagai Key Opinion Leader.












