TikTok dikabarkan tengah menjajaki dan hampir mendapatkan kesepakatan dengan Oracle untuk menyimpan data para pengguna di AS yang privat sehingga perusahaan induknya ByteDance tidak dapat mengakses data tersebut.
Kesepakatan itu terjadi akibat Panel Keamanan Nasional AS meminta ByteDance melepaskan TikTok karena khawatir data TikTok diteruskan kepada Pemerintah China.
Melansir Reuters, Jumat, panel yang bernama Komite Investasi Asing di Amerika Serikat (CFIUS) itu mengajukan permintaan kepada ByteDance setelah Joe Biden resmi menjabat sebagai Presiden AS.
Dengan kekhawatiran tersebut, maka TikTok akhirnya dikabarkan terus mencari solusi dengan mencari tempat penyimpanan data berbasis di Amerika Serikat.
Jika kesepakatan itu berhasil maka nantinya Oracle akan menyimpan semua data pengguna TikTok AS di server datanya.
Beberapa data TikTok kabarnya saat ini masih berada di dalam Google Cloud yang merupakan layanan milik pesaing Oracle.
Nantinya akan ada tim manajemen data AS yang bertugas melindungi data pengguna TikTok di AS sehingga dapat memastikan data tersebut tidak akan diganggu oleh perusahaan induk TikTok.
TikTok juga menjajaki kemitraan dengan perusahaan teknologi lain melalui firewall dan langkah-langkah keamanan siber.
Saat dimintai keterangan, juru bicara TikTok menolak untuk berkomentar mengenai kesepakatannya dengan Oracle.
Namun Juru Bicara TikTok itu memastikan keamanan data menjadi salah satu prioritas bagi perusahaannya agar menjaga data pengguna layanannya tetap aman.