PRANGAT BARU, KUTAI KARTANEGARA-
Kopi luwak adalah salah satu kopi termahal di dunia. Jika dilihat dari e-commerce harga kopi luwak Indonesia bervariasi, ulai dari Rp 1 juta hingga Rp 7 juta/kg.
Sejak 10 tahun silam, pasar dunia sudah tahu Sumatera dan Jawa adalah penghasil kopi luwak pertama dan terbesar. Kini pulau Borneo pun sudah siap menjadi salah satu penghasil kopi luwak.
Adalah Rindoni, 57 tahun, warga Desa Prangat Baru, Kecamatan Marangkayu, Kabupaten Kutai Kartanegara yang memulai pengembangan usaha kopi di Prangat Baru. Usaha ini dirintis sejak 1997. Jatuh bangun dirasakan transmigran asal Lamongan, Jawa Timur ini.
Sejak Juli 2020, Rindoni dan 24 kawannya dari Desa Prangat Baru serius menghadirkan kopi luwak di desanya.
“Mengambil ceruk bisnis kopi luwak bukan dari ilham mimpi atau bisikan mahluk gaib semata.
Melainkan dari pengalaman masyarakat yang sudah duluan berkebun kopi,” ujar Rindoni saat ditemui Infobisnis di kebun kopi kelompok usaha Kapak Prabu bersama beberapa media dari Jakarta, Selasa (1/11/2022)
Rindoni menyebutkan, beberapa warga melakukan inovasi dengan cara membuka kebun kopi, dengan memanfaatkan lahan kosong disela-sela perkebunan karet (tumpang sari) yang ada di jalur lintas Samarinda-Bontang (Sambo).
Rindoni menggunakan metode tumpeng sari: tanaman kopi di sela tanaman karet.
Metode tumpang sari ini diklaim baru pertama kali diterapkan di Kalimantan Timur. Metode tumpang sari pada tanaman karet mejadi penanaman kopi pertama kalinya di daratan rendah.
Dalam perjalannya, ternyata ada simbiosis mutualisme antara petani kopi liberika dan satwa musang luwak liar.
Kebun kopi Rindoni yang seluas dua hektare kedatangan luwak liar dan doyan makan kopi-kopi yang dimiliki warga.
Setelah dipelajari hasil “olahan” Kopi yang makan oleh luwak-luwak liar tersebut, ternyata bisa menghasilkan minuman kopi yang begitu nikmat sekali.
Rindoni adalah inovator sekaligus pendobrak kebiasaan lama tersebut.
Berbekal pengalamannya di masa kecil yang sempat menjadi “barista tradisional”, Rindoni memberanikan diri untuk menghadirkan kopi sebagai komoditas utama yang ditanamnya.
Rindoni harus sabar. Maklum, kopi baru bisa menghasilkan atau panen minimal di tahun ketiga.
Dari merawat kopi ini, Rindoni berhasil mengantarkan ketiga anaknya untuk meraih gelar sarjana. Sekaligus bisa mengembangkan perkebunan kopinya.
“Saya yakin kopi bila dikelola dengan baik dan benar bisa mendatangkan kesejahteraan bagi para petani,” kata Rindon yang juga didaulat oleh rekan-rekannya sebagai Ketua Kelompok Tani Kopi Desa Prangat Baru.
Dengan berbekal pengalaman yang dimilikinya, mereka sepakat untuk konsisten menghasilkan kopi luwak pertama di pulau Borneo.
“Kami budidaya kopi liberika yang berasal dari Liberia dengan fermentasi biji kopi alami dari luwak liar,” ungkap Rindoni.
Dia optimistis mimpi dan usaha yang dirintis bersama masyarakat akan berhasil. Karena usahanya di dukung penuh oleh pemerintah daerah dan dukungan PT Pertamina Hulu Kalimantan Timur Daerah Operasi Bagian Utara.
Bahkan, Rindoni yakin Komoditas kopi yang dihasilkan warga bisa menjadi sektor pendapatan baru yang bisa diandalkan di wilayah kalimantan Timur.
Perkebunan kopi yang sudah siap panen sekitar 9 hektar. Jika tidak ada hambatan, diharapkan tiga tahun ke depan daerahnya bisa panen raya dari 30 ribu bibit pohon yang pada tahun ini sudah ditanam.
Sejak didampingi oleh PHKT Daerah Operasi Bagian Utara (DOBU) melakukan pendampingan, Rondini yakin kopi yang dihasilkannya bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat desarnya.
Karena sejak Juli 2020, PHKT banyak membantu mulai dari menanam bibit, pemberian pupuk, hingga peningkatan skill roasting hingga jadi barista.
Secara terpisah, Djudjuwanto, GM Zona 10 Regional 3 Subholding Usptream Pertamina, Indra Bayu, mengatakan pihaknya datang menawarkan pendampingan dan bimbingan dalam usaha kopi melalui program Kampung Kopi. Sejumlah pelatihan dilakukan, mulai dari tata cara pembibitan, menjaga agar kopi berbuah dengan baik, cara panen yang benar, tata cara pengolahan dan penyajian kopi, hingga membuat kemasan yang menarik.
Ke depan, produk biji kopi luwak Desa Prangat Baru diharapkan bisa dipasarkan dengan sistem maju dan modern dengan packaging-nya dibantu Pertamina.
Menurut Rindoni, tempat mereka strategis, berada di pinggir jalan provinsi yang menghubungkan kota-kota di Kalimantan Timur. “Kami harap masyarakat Kaltim bisa menikmati kopi sambil menikmati alam. Kami kembangkan edukasi Kampung Kopi Luwak,” kata Rindoni.
Sekadar informasi tambahan Program Kapak Prabu mendapatkan Anugerah PROPER 2021. “Semoga ke depannya, Program Kapak Prabu bisa semakin bermanfaat bagi masyarakat,” katanya.
Sementara itu, Kepala Desa Prangat Baru, Fitriati, sejak 2020 komoditas kopi jadi salah satu cara untuk meningkatkan perekonomian desa.
Fitriati pun sangat semangat untuk promosikan kopi hasil desanya. Hasilnya, bupati hingga menteri sudah menjadi penikmat kopi luwak desanya.
Fitriati beserta masyarakat pun semangat dan sepakat untuk lakukan perluasan sekaligus pengembangan kebun kopi di Desa Prangat Baru.
Perluasan kebun terus diwujudkan dengan mempersiapkan bibit kopi. Pemda dan PHKT turut berperan dengan melakukan pendampingan, termasuk meningkatkan pengetahuan warga seputar dunia kopi.
“misi kami adalah menghasilkan kopi luwak pertama dan terbesar di kaltim. Harapan saya seperti itu,” kata Fitriati.