PT Bukalapak.com Tbk. (BUKA) perusahaan teknologi Indonesia yang melantai di Bursa Efek Indonesia sejak 2021, kini tengah memulai babak baru dalam perjalanannya. Perusahaan memutuskan untuk mempertajam fokus bisnis, meninggalkan unit yang kurang menguntungkan demi mengejar peluang di segmen bisnis yang lebih menjanjikan.
Menurut Budi Frensidy, Guru Besar Akuntansi dan Keuangan FEB Universitas Indonesia, BUKA memiliki keunggulan dari sisi keuangan. “Dengan dana hasil IPO sebesar Rp21,9 triliun, masih ada Rp 9,3 triliun yang belum digunakan. Langkah strategis seperti ini penting untuk menjaga stabilitas dan menciptakan peluang baru,” jelasnya.
Budi juga menambahkan bahwa nilai buku per saham BUKA masih berada pada tingkat yang menarik. “Nilai per saham di Rp240 saat ini dihargai pada rentang Rp120an per lembar. Sahamnya masih layak dikoleksi, terutama jika perusahaan berhasil keluar dari sektor yang merugi,” ujarnya.
Keputusan BUKA untuk mengeliminasi unit bisnis yang tidak menguntungkan dinilai sebagai langkah realistis. Hal ini sejalan dengan dinamika industri e-commerce yang semakin kompetitif. Diskon besar-besaran yang sempat menjadi strategi utama perlahan mulai kehilangan daya tarik, sementara daya beli konsumen cenderung fluktuatif.
“Daripada terus membakar uang untuk sektor yang sulit menghasilkan keuntungan, lebih baik fokus pada peluang investasi yang lebih prospektif. Ini membantu menjaga kondisi keuangan perusahaan tetap sehat,” tambah Budi.
Dalam Public Exposenya, Direktur Bukalapak Victor Putra Lesmana mengungkapkan, “Saat ini BUKA memiliki berbagai platform maupun brand yang berbeda, seperti aplikasi dan situs web Bukalapak, Mitra Bukalapak, aplikasi investasi kami, BMoney, platform gaming itemku dan Lapak Gaming maupun beberapa brand ritel, seperti Rexus, Russ and Co dan Pexio. Pengembangan bisnis ini telah dilakukan selama beberapa tahun terakhir dengan kontribusi yang positif dan akan terus menjadi pilar yang menunjang pertumbuhan bisnis BUKA secara berkelanjutan.”
Rita Efendi, seorang influencer investasi saham, pada publikasinya juga menyambut baik langkah BUKA yang kini melakukan penajaman fokus bisnis. Menurutnya, penjualan produk fisik tidak lagi memberikan kontribusi signifikan terhadap pendapatan BUKA. “Layanan digital seperti Mitra Bukalapak dan gaming memiliki potensi jauh lebih besar dibandingkan produk fisik yang hanya menyumbang sekitar 3% dari total pendapatan,” ungkapnya.
Salah satu langkah strategis BUKA di sektor digital adalah akuisisi Itemku, platform marketplace untuk barang virtual gaming, yang dilakukan pada 2021. Langkah ini dinilai sebagai upaya konkret untuk memperkuat posisi Bukalapak di sektor digital yang terus berkembang pesat.
Transformasi ini menunjukkan respons BUKA terhadap perubahan pasar, sekaligus memastikan kepentingan pemegang saham. Dengan fokus pada efisiensi dan inovasi, perusahaan diharapkan dapat meningkatkan relevansi dan daya saing di industri teknologi.
“Dengan cadangan kas yang besar, Bukalapak memiliki fleksibilitas untuk berinvestasi pada peluang yang lebih menjanjikan. Keputusan strategis ini menjadi dasar yang kuat untuk mendukung pertumbuhan di masa depan,” tutup Budi.