Ekspektasi kenaikan tajam Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali mencuat seiring mengalirnya dana segar dari dua raksasa pengelola investasi negara: Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan dan Badan Pengelolaan Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara atau Danantara. Guru Besar Ekonomi Universitas Indonesia sekaligus analis pasar modal, Budi Frensidy, menyampaikan bahwa injeksi likuiditas dalam jumlah besar dari kedua institusi ini dapat menjadi pemicu signifikan bagi lonjakan IHSG ke level psikologis 7.000 dalam waktu dekat.
Menurutnya, kehadiran likuiditas baru di bursa akan menambah daya dorong terhadap performa saham-saham unggulan yang selama ini menjadi tulang punggung indeks. “Mestinya bisa mengangkat IHSG menuju 7.000,” kata Budi saat diwawancarai di Jakarta, menegaskan potensi kuat dari sinergi dana institusi ini.
Optimisme tersebut tidak berdiri sendiri. Saat ini sejumlah emiten tengah menggelar aksi pembelian kembali saham (buyback) sebagai strategi menjaga harga saham sekaligus meningkatkan kepercayaan investor. Ditambah lagi dengan pengumuman pembagian dividen dari berbagai perusahaan besar, suasana pasar domestik menjadi lebih kondusif untuk penguatan indeks.
Namun Budi tetap memberi catatan bagi para pelaku pasar, mengingat volatilitas global masih membayangi. Ia menyarankan agar investasi tetap menggunakan “dana dingin” atau dana yang tidak akan digunakan dalam jangka pendek, sembari menyisihkan cadangan kas untuk antisipasi koreksi harga. Dengan situasi global yang belum sepenuhnya stabil, khususnya dari arah Amerika Serikat, kehati-hatian tetap menjadi sikap utama.
Sementara itu, Chief Investment Officer Danantara, Pandu Sjahrir, menyatakan pihaknya sedang mempersiapkan langkah strategis sebagai penyedia likuiditas di pasar modal. Dana yang akan digunakan berasal dari dividen yang diterima dari BUMN yang menjadi portofolio Danantara. Ia menjelaskan bahwa akhir bulan ini merupakan waktu di mana dividen tersebut masuk dan akan mulai dialokasikan, termasuk ke pasar publik sebagai sasaran awal.
“Nanti kita lihat dari hasil dividen kita parking di mana, bisa saja salah satunya di sana (pasar modal), kurang lebih gitu. Nanti dividen baru akhir bulan ini masuk ke kami (Danantara). Dari situ harus mulai dialokasikan ke mana, tentu yang paling cepat ya pertama di public market, tapi tentu kita udah ada proyek-proyek,” ujar Pandu.
Dari sisi BPJS Ketenagakerjaan, langkah ekspansi juga tidak kalah ambisius. Sebagai institusi negara dengan aset kelolaan terbesar yang mencapai US$ 48 miliar atau lebih dari Rp 770 triliun, mereka telah menyusun rencana untuk meningkatkan eksposur ke pasar saham domestik. Jika sebelumnya alokasi di saham berkisar 10%, maka dalam tiga tahun ke depan porsi tersebut akan diperluas menjadi 15% hingga 20%.
Strategi ini sejalan dengan target penguatan imbal hasil investasi hingga 13% pada 2025, dengan fokus pada saham-saham kapitalisasi besar di sektor strategis seperti perbankan, telekomunikasi, barang konsumsi dan komoditas. Dengan portofolio yang kian agresif, kehadiran BPJS sebagai investor institusi bisa menjadi katalis utama untuk menjaga dinamika pasar tetap hidup dan atraktif.