Tangerang, 31 Juli 2025 — PT Unilever Indonesia Tbk mencatatkan kinerja keuangan yang menunjukkan tren pemulihan sepanjang Semester I 2025. Penjualan bersih mencapai Rp 18,2 triliun, sementara laba bersih sebesar Rp 2,2 triliun, mencerminkan pertumbuhan yang positif dibandingkan Semester II 2024. Kinerja ini mencerminkan hasil awal dari strategi transformasi perusahaan yang mulai menunjukkan dampak positif.
Pada saat yang sama, belanja iklan dan promosi meningkat menjadi 8,9% dari total penjualan bersih, mencerminkan komitmen perusahaan dalam memperkuat ekuitas merek dan penerimaan konsumen yang baik.
Secara tahunan (year-on-year), penjualan bersih masih terkoreksi 4,4%, namun tumbuh 13,1% dibandingkan Semester II 2024. Laba bersih juga naik signifikan sebesar 139% dibandingkan semester sebelumnya, meskipun masih turun 12,6% secara tahunan.
Margin kotor terkoreksi 161 basis poin dibandingkan tahun lalu, namun meningkat 305 basis poin dari Semester II 2024. Margin laba sebelum pajak tercatat sebesar 15,5%, menunjukkan perbaikan profitabilitas yang berkelanjutan.
Presiden Direktur Unilever Indonesia, Benjie Yap, menyampaikan bahwa meskipun hasil belum melampaui pencapaian tahun lalu, arah pemulihan telah terlihat jelas.
“Kami melihat perbaikan bertahap dibandingkan dengan Semester II 2024 – baik dalam hal pertumbuhan penjualan maupun profitabilitas. Merek-merek kami—yang mewakili 55% dari portofolio—telah mencatat pertumbuhan, menunjukkan penerimaan konsumen yang lebih baik dan ketangguhan portofolio”.
Optimisme terhadap prospek Unilever Indonesia turut diperkuat oleh kalangan analis pasar modal. Analis Senior Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gutsa, menilai bahwa inovasi dan konsistensi produk menjadi penggerak utama perbaikan kinerja Unilever. “Unilever tidak hanya serius meningkatkan kinerja, tapi juga sangat menjaga komitmen untuk memberi nilai tambah kepada pemegang saham,” jelasnya.
Nafan menambahkan, selama Unilever konsisten menjalankan inovasi dan efisiensi operasional, peluang untuk mencetak pertumbuhan penjualan yang lebih kuat tetap terbuka. Kemampuan menghadirkan produk yang mudah diserap pasar—seperti varian health & wellbeing atau kemasan ekonomis—merupakan keunggulan.
Ditambah lagi dengan optimalisasi jaringan distribusi online dan offline yang memperluas jangkauan pasar. Menurutnya, efisiensi dalam pemangkasan biaya dan peningkatan produktivitas turut menopang perbaikan laba bersih perusahaan.
Lebih lanjut, meski tantangan eksternal seperti inflasi dan ketatnya persaingan pasar masih membayangi, Unilever dinilai memiliki prospek pertumbuhan fundamental yang solid.
“Ada harapan peningkatan kinerja fundamental, terutama jika Unilever terus memperkuat inovasi produk yang sesuai kebutuhan konsumen,” ujarnya.
Selain fokus pada inovasi dan distribusi, Unilever Indonesia juga mengumumkan rencana pembelian kembali saham (buyback) senilai maksimal Rp 2 triliun.
Langkah ini merupakan bagian dari strategi penciptaan nilai jangka panjang bagi para pemegang saham, sekaligus menunjukkan kekuatan neraca keuangan perusahaan dalam mendukung agenda pertumbuhan jangka menengah.
Dengan capaian positif di Semester I 2025, strategi bisnis yang konsisten, serta dukungan dari analis pasar, Unilever Indonesia menyampaikan optimisme untuk mempertahankan momentum pertumbuhan dan memperkuat posisinya di industri barang konsumen cepat saji pada kuartal ketiga dan seterusnya.