Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2025 mencapai 5,12 persen year on year (yoy), menjadi sinyal kuat pulihnya kepercayaan publik dan investor. Capaian ini menunjukkan kebijakan ekonomi pemerintah berada di jalur tepat di tengah dinamika global dan tekanan domestik.
Ketua Komisi XI DPR RI, Mukhamad Misbakhun, menyebut pertumbuhan tersebut sebagai bukti menguatnya fundamental ekonomi. “Ini sinyal kembalinya kepercayaan publik, pasar, dan investasi asing terhadap kinerja ekonomi Indonesia,” ujarnya.
Ia menekankan pentingnya menjaga momentum ini dengan kebijakan fiskal dan moneter yang konsisten, serta percepatan realisasi belanja negara agar dorongan pertumbuhan berlanjut hingga akhir tahun.
Analis Senior Indonesia Strategic and Economic Action Institution, Ronny P. Sasmita, menilai data BPS mencerminkan pemulihan nyata, dengan tiga pendorong utama: konsumsi, investasi, dan ekspor. “Konsumsi membaik, investasi tumbuh moderat, dan ekspor meningkat,” jelasnya.
Ronny menambahkan, perbaikan daya beli masyarakat serta stabilitas harga pangan dan energi mendorong konsumsi, sementara investasi mencerminkan respons positif pelaku usaha terhadap stabilitas politik dan prospek ekonomi pasca Pemilu 2024.
Peneliti CORE Indonesia, Yusuf Rendy Manilet, mencatat konsumsi rumah tangga tumbuh 4,97 persen, sedangkan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) naik 6,99 persen dibanding kuartal sebelumnya. “Pertumbuhan PMTB dipengaruhi peningkatan belanja modal dari APBN yang mulai berjalan optimal,” katanya.
Menurutnya, kenaikan PMTB menunjukkan sektor publik dan swasta mulai agresif berekspansi, termasuk pembangunan infrastruktur, pembelian mesin, dan peralatan produksi. Hal ini menandakan stimulus fiskal tersalurkan ke sektor produktif.
Secara keseluruhan, sinergi konsumsi yang membaik, investasi yang meningkat, dan ekspor yang stabil menjadi kombinasi penting dalam menjaga pertumbuhan ekonomi Indonesia di atas 5 persen pada 2025.