Mengakhiri perdagangan awal pekan, Senin (11/8), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) ditutup menguat 72,54 poin atau 0,96% ke level 7.605,93. Indeks LQ45 juga naik 6,71 poin atau 0,85% ke posisi 799,59, didorong sentimen positif dari bursa global.
Analis Phintraco Sekuritas, Ratna Lim, menjelaskan penguatan ini dipicu ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga The Federal Reserve (The Fed) pada September 2025. “Optimisme ini didukung oleh tren penguatan bursa global,” ujarnya.
Dari mancanegara, pelaku pasar menunggu kepastian penundaan tarif perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China, yang batas waktunya akan diperpanjang dari 12 Agustus 2025. Selain itu, fokus tertuju pada rilis data inflasi Consumer Price Index (CPI) AS untuk Juli 2025, yang diperkirakan naik menjadi 2,8% year on year (yoy) dari 2,7% pada Juni.
Meski inflasi AS cenderung meningkat sejak Juni dan menjauhi target The Fed di 2% (yoy), pasar masih menaruh harapan penurunan suku bunga tetap terealisasi. Dari Eropa, perhatian tertuju pada data tingkat pengangguran Inggris Juni 2025 yang diperkirakan stabil di 4,7%.
Dari dalam negeri, sentimen positif datang dari dimasukkannya beberapa saham Indonesia ke dalam indeks MSCI. Sementara itu, data penjualan ritel Juni 2025 tumbuh 1,3% (yoy), melambat dari pertumbuhan 1,9% pada Mei, namun tetap menunjukkan daya beli yang terjaga.
IHSG dibuka menguat dan bertahan di zona hijau hingga penutupan sesi pertama. Pada sesi kedua, penguatan tetap terjaga berkat dukungan sektor-sektor utama dan aksi beli investor.
Kondisi ini mencerminkan keyakinan investor bahwa tren positif dapat berlanjut, terutama jika faktor eksternal seperti kebijakan moneter global dan hubungan dagang AS–China bergerak sesuai ekspektasi.
Pasar kini menantikan perkembangan lanjutan dari data ekonomi global dan domestik, yang akan menjadi penentu arah pergerakan IHSG di sisa pekan ini.