PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. (JPFA) mencatatkan kinerja lesu pada semester I 2025 akibat tantangan domestik dan global. Meski demikian, perseroan tetap optimistis membalikkan keadaan dengan menyerap belanja modal (capex) Rp930 miliar untuk memperkuat sejumlah lini bisnis.
Financial Controller Japfa, Erwin Djohan, menyebut capex tersebut dialokasikan untuk tiga proyek strategis: pembangunan pabrik pakan akuakultur di Lamongan, penambahan kapasitas pakan di Makassar, serta penguatan hilirisasi rumah pemotongan ayam (RPA) di Pemalang. “Ini langkah untuk memperkuat kinerja di sisa 2025,” ujarnya di Jakarta, kemarin.
Namun, Japfa masih menghadapi pelemahan daya beli masyarakat dan fluktuasi rupiah yang berpotensi menekan pendapatan. “Dua hal ini berada di luar kendali perusahaan. Salah satu jalan keluar adalah digitalisasi,” kata Erwin.
Japfa kini menggenjot digitalisasi di hampir semua lini, mulai dari produksi hingga administrasi. Langkah ini dibarengi dengan efisiensi biaya operasional agar kinerja lebih adaptif menghadapi tekanan pasar.
Selain strategi internal, Japfa juga menaruh harapan pada kebijakan luar negeri, terutama tarif impor Amerika Serikat. Perseroan menilai kebijakan tersebut membuka peluang bagi produk Indonesia untuk lebih kompetitif di pasar AS.
Head of Aquaculture Division Japfa, Ardi Budiono, menjelaskan produk utama yang diekspor ke AS adalah fillet tilapia. Selama ini, China menjadi pemasok terbesar ke pasar tersebut. Namun, tarif resiprokal AS terhadap China lebih tinggi dibanding Indonesia, sehingga memberi ruang bagi Japfa untuk memperluas pangsa pasar.
“Dengan kondisi ini, ekspor fillet tilapia dari Indonesia bisa semakin kuat dan bersaing di pasar AS,” ungkap Ardi.
Japfa berharap kombinasi ekspansi proyek domestik, efisiensi internal, digitalisasi, dan peluang ekspor ke AS dapat menjadi kunci pemulihan kinerja di paruh kedua 2025.