PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) membukukan kinerja keuangan impresif pada semester I 2025. Perseroan mencatat pendapatan sebesar US$66,9 juta, naik 41,9% dari periode sama tahun lalu sebesar US$47,1 juta. Laba bersih melonjak 347,5% menjadi US$74,4 juta, jauh di atas capaian US$16,6 juta pada semester I 2024. EBITDA turut meningkat ke posisi US$71,9 juta.
Direktur CDIA, Jonathan Kandinata, menjelaskan bisnis energi menjadi kontributor utama dengan pendapatan US$49,1 juta. Lini logistik menyumbang US$15 juta, sementara pelabuhan dan penyimpanan menambah US$2,8 juta. “Laba bersih CDIA naik signifikan menjadi US$74,4 juta, disertai likuiditas solid sebesar US$527,6 juta,” ujarnya.
Menurut Jonathan, pencapaian tersebut mencerminkan kekuatan model bisnis berkelanjutan dan portofolio infrastruktur terdiversifikasi. Ia menekankan hasil semester I 2025 menjadi pijakan penting bagi langkah penguatan modal. “CDI Group kini berada pada posisi tepat untuk menangkap peluang pertumbuhan ke depan,” katanya.
Pada periode ini, CDIA memperluas ekspansi dengan mengakuisisi PT Barito Investa Prima yang kini berganti nama menjadi PT Chandra Investa Prima. Akuisisi tersebut memperluas layanan logistik darat dan memperkuat posisi perusahaan di sektor transportasi terintegrasi.
Selain itu, perseroan mulai mengoperasikan dua kapal pengangkut gas ethylene guna mendukung integrasi rantai pasok Chandra Asri Group di Indonesia dan Singapura. Hingga 30 Juni 2025, total aset CDIA tercatat US$1,39 miliar, naik 29% dari US$1,08 miliar pada akhir 2024. Liabilitas mencapai US$397,8 juta, sementara ekuitas menembus US$996 juta.
CDIA juga memperkuat strategi bisnis dengan menambah dua kapal chemical vessel berkapasitas 9.000 DWT. Direktur Chandra Asri Group, Suryandi, menuturkan kapal-kapal yang tengah diproduksi di Jepang ini dirancang khusus mengangkut bahan kimia di jalur domestik maupun internasional. “Strategi ini bertujuan mengoptimalkan efisiensi operasional dan memastikan kepatuhan regulasi maritim,” ujarnya.
Kehadiran dua kapal baru ini diharapkan meningkatkan fleksibilitas dan kapasitas layanan logistik CDI Group. Menurut Suryandi, langkah tersebut penting untuk membangun rantai pasok bahan kimia yang lebih andal dan berkelanjutan, baik di pasar dalam negeri maupun global.
Di sisi lain, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan masih ada 10 perusahaan dalam antrean IPO dengan nilai emisi sekitar Rp5,3 triliun. Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi, menyatakan pihaknya belum memastikan jadwal IPO besar yang akan digelar akhir tahun ini.