Serangan siber bisa merugikan dan berbahaya tidak hanya bagi perangkat lunak dan perangkat keras, namun juga bagi diri kita. Menurut data dari BSSN tahun 2020, serangan siber dari 1 Januari sampai 12 April 2020 mencapai 88.414.296 kasus. Angka tersebut menunjukkan bahwa kita memang perlu memberikan perhatian lebih terhadap keamanan digital.
Karena itulah dibutuhkannya lebih banyak literasi digital di semua kalangan tak hanya anak muda saja. Dasar itulah yang menjadi alasan diselenggarakannya Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital di berbagai belahan Indonesia. Acara yang dikemas dalam format webinar ini kerjasama Kementeran Komunikasi dan Informatika dengan Siberkreasi. Ada empat pilar yang menjadi poin utama yaitu kemampuan digital, etika berdigital, budaya digital dan keamanan digital.
Dalam webinar di kawasan Kota Bandung, Jawa Barat, Jumat (4/6/2021) Ariyo Zidni seorang Pendongeng menjelaskan nilai budaya juga harus diterapkan meski di dunia digital. Dunia digital dan nyata sebenarnya tidak jauh berbeda karenanya dibutuhkan kecakapan.
Nilai-nilai dari Pancasila pun bisa diterapkan di budaya dunia digital. Sila pertama memiliki nilai cinta kasih, saling menghormati perbedaan kepercayaan di ruang digital. Sila kedua nilai utamanya adalah kesetaraan memperlakukan orang lain dengan adil dan manusiawi di ruang digital. Sila ketiga nilai utamanya harmoni, mengutamakan kepentingan Indonesia di atas pribadi atau golongan. Sila keempat mengutamakan demokratis, memberi kesempatan setiap orang bebas berekspressi dan berpendapat di ruang digital. Sila kelima memberi nilai gotong royong, bersama-sama membangun ruang digital yang aman dan etis.
“Berbekal pengetahuan budaya digital ini kita bisa bikin konten apa saja dengan ide dan bakat yang kita punya. Contohnya seperti saya pendongeng. Saya mengangkat cerita dongeng dari Kalimantan. Saya mengemas dongeng itu menarik dengan teknologi hologrram. Akhirnya seluruh dunia menyaksikan dan berkomentar. Asal kita bisa mempelajari digitalisasi seperti apa dan gimana serunya,” jelas pria yang akrab disapa Kak Aio itu.
Kak Aio yang menyatakan ruang digital meski dapat bergerak bebas tapi juga bisa berbahaya. Karenanya ada beberapa batasan yang harus kita ketahui untuk berlayar di dalamnya. Peretasan identitas bisa merugikan citra, jejak digital atau bahkan keuangan kita.
“Oleh karena itu mengapa kita perlu melindungi jejak digital, karena kita perlu batasan. Karena ruang digital ini punya 2 sisi yaitu positif dan negatif. Makanya kita harus memilih mana yang pantas kita posting mana yang nggak. Banyak yang harus kita jaga,” jelas Xenia Angelica Wijayanto, S.H.M.Si, LSPR Communication and Business Institute.
“Gampangnya gini deh. Bayangin dulu sebelum kita post, kalau kita jadi orang lain itu gimana,” tambah Heni Mulyati dari Malfindo.
Selain menghadirkan tiga narasumber di atas, Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 ini juga diisi Giri Lukmanto dari Mafindo yang berbicara mengenai kecakapan bermedia sosial. Menurutnya jangan sampai dunia maya menenggelamkan kita. Seseru apapun dunia digital, dunia nyata adalah paling penting.
Bagaimana perilaku seseorang atau konten seseorang bisa ditiru orang lain di dunia nyata pun juga tanggung jawab kita. Seperti yang dilakukan Valentina Melati,. Influencer yang bergabung dalam webinar.
“Jangan sampai pakai azaz yang penting cuan, lalu post dan rekomendasi sesuatu yang kita nggak pakai beneran. Akhirnya jatuhnya jadi hoax dan kita berbohong,” tutup Valentina.