Budaya digital yang berlandaskan Pancasila diharapkan mampu menjangkau seluruh aspek masyarakat. Itulah yang ingin dicapai Presiden Joko Widodo dengan rangkaian Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 yang mencakup budaya digital (Digital Culture), keamanan digital (Digital Safety), etika digital (Digital Ethics), dan keahlian digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.
Santi Indra Astuti, dosen Universitas Islam Bandung yang juga anggota Jaringan Penggiat Literasi Digital (Japelidi) saat menjadi pembicara dalam Webinar Gekaran Nasional Literasi Digital 2021 di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat Jumat (11/6/2021) mengatakan, sila kelima keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, bagaimana seharusnya mewujudkan kesetaraan di ruang digital bagi anak-anak, orang tua perempuan, warga disabilitas dan juga warga di kawasan 3T (Tertinggal, Terdepan dan Terluar).
“Mereka secara signifikan masih banyak yang belum diangkat dan belum terang. Mereka belum menikmati dunia digital ini. Apa yang bisa kita lakukan menutup kesenjangan digital dengan mendorong mereka berpartisipasi dalam ruang digital dan mengajarkan literasi digital,” ungkap Santi.
Meningkatkan kompetensi digital sebab selalu dipertanyakan, mengapa ibu-ibu jadi perhatian karena sering menjadi penyebar hoaks. “Sebagai sesama ibu-ibu, insting pertama dari ibu adalah melindungi lingkungannya. Mereka juga ingin ikut membantu. Misalnya ada yang menyebar informasi tentang penculik, insting seorang ibu ingin menangkap juga jadi langsung menyebarkan, ternyata hoaks,” ungkapnya.
Bagi anak muda memang hendaknya mendampingi orang tua mereka dalam bermedia sosial. Kesetaraan lainnya di dunia digital yang inklusif, diharapkan ada tayangan yang selalu disertai dengan bahasa isyarat. Bukan hanya itu, bagaimana para teman tuna netra dapat mengakses dunia digital, lewat perangkat seperti apa.
Selanjutnya kesetaraan untuk daerah 3T memahami bagaimana mereka punya isu dengan hal seperti ini kita bisa sama-sama membantu mereka kalau internet masuk desa itu sudah dicanangkan pemerintah dari dulu. Tapi tetap tidak cukup maka kemudian di manapun kita berada kita sebaiknya juga terlibat dalam upaya internet masuk desa paling tidak dengan cara bisa menularkan kecakapan digital.
Itulah wujud dari menjadikan ruang digital sebagai praktek berbudaya melalui aktivitas sehari-hari berwawasan kebangsaan seperti apa. “Kita perlu sama-sama saling mengingatkan agar kita saling memperkuat, mendukung toleransi keberagaman, memprioritaskan cara demokrasi, mengutamakan Indonesia dengan cinta produk Indonesia dan menginisiasi cara kerja gotong royong. Jangan gampang terprovokasi dengan pesan-pesan yang cuma akan membuat kita terpecah belah,” tutupnya.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital Nasional 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital wilayah Kabupaten Cianjur, Jawa Barat ini juga menghadirkan pembicara lain seperti Acep Syarifudin (Koordinator Literasi Digital ICT Watch), Mario Antonius Birowo (anggota Jaringan Pegiat Literasi Digital/Japelidi), Denden Sofiudin (Relawan TIK), dan content creator Yohana Djong.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital ini merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia yang diprakarsai Kementerian Komunikasi dan Informatika bersama Siberkreasi. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.