Bertransformasi ke digital, semua aktivitas sehari-sehari memang sudah menggunakan internet. Namun bukan berarti segala kemudahan itu malah berdampak buruk bagi diri sendiri.
Salah satunya ialah kecanduan sebagai dampak penggunaan internet yang tidak sehat. Tidak mengenal waktu sehingga melupakan dunia nyata dan tidak produktif. Menurut data HootSuite peringkat durasi penggunaan internet terlama 5 besar dunia ialah pertama Filipina, Brazil Thailand, Kolombia dan Indonesia di posisi kelima.
Sedangkan data dari Departemen Ilmu Kesehatan Jiwa Universitas Indonesia kecanduan internet pada anak dan remaja rentang usia 5-18 tahun sebanyak 31,4% pada tahun 2019.
Kecanduan internet terbaru menjadi tiga, kecanduan media sosial, belanja online dan game online. Ahmad Taufiq relawan TIK, menjelaskan ciri-ciri kecanduan media sosial yakni media sosial menjadi pertama dan terakhir di keseharian. Bangun tidur langsung periksa notifikasi media sosial begitu juga saat ingin tidur tidak lengkap rasanya tanpa membuka media sosial.
Like banyak akan membuat bahagia sedangkan jika dalam satu postingan like tidak banyak seperti biasa atau konten ada yang tidak suka menjadi gelisah. Terbiasa menunda-nunda kewajiban.
“Karena sudah akrab dengan media sosial, setiap saat dibuka sehingga media sosial dianggap sebagai sumber berita utama. Ciri lain timbul rasa gelisah ketika tidak bisa mengakses media digital,” jelasnya dalam Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di Kabupaten Garut, Jawa Barat, Jumat (25/6/2021).
Lantas, bagaimana dengan mereka yang sudah kecanduan belanja online, sering tidak dirasakan. Seperti tidak masalah jika berhutang terlebih sekarang platform e-commerce menyediakan fitur paylater. Menyembunyikan paket belanja online karena sudah diprotes orang terdekat. Menyesal setelah membeli sesuatu namun terus mengulang, apalagi barang yang ternyata tidak sesuai namun diulang lagi beberapa waktu kemudian.
“Selalu ingin membuka aplikasi belanja online padahal tidak ada rencana belanja. Tertantang dengan flash sale dan rela mengikutinya meski tengah malam,” ujarnya.
Terparah jika sudah kecanduan game, ini banyak menimpa anak dan remaja. Jika mereka kecanduan, mereka akan mengalami masalah di rumah atau di sekolah. Rela menghamburkan uang untuk membeli game. Tahun 2018, WHO menetapkan kecanduan game masuk ke klasifikasi penyakit internasional pada bagian gangguan ketergantungan.
Kecanduan internet itu sama seperti narkoba dan penuh grafik hormon dopamin yang berperan membawa efek rasa senang terhadap internet. Sehingga akhirnya menjadi candu dan ketergantungan. Senang bila konten yang di-post mendapatkan like. Banyak mencari-cari tahu beberapa pencapaiannya dalam game. Kemudian kegembiraan di dapat saat menang dan mengalahkan lawan. Dalam belanja online senang dapatkan bonus cashback dan sebagainya.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Garut, Jawa Barat, Jumat (25/6/2021) ini juga menghadirkan pembicara Enda Nasution (Koordinator gerakan #bijak bersosmed), Frida Kusumastuti (Dosen Universitas Muhammadiyah Malang), I Gede Putu Krisna (Ketua Relawan TIK Bali), dan Key Opinion Leader Marsha Risdasari.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital. Kegiatan ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital












