Selama pandemi, jumlah Kekerasan Berbasis
Gender Online (KBGO) meningkat. Bukan hanya orang dewasa, anak dan remaja pun
rentan mengakami KBGO.
Berbagai sebab pelecehan seksual masih kerap terjadi, karena berbagai sebab
seperti masih adanya budaya patriarki, ketidaksetaraan gender, dan relasi
kuasa.
Di dunia digital pengertian pelecehan seksual yang disebut sebagai Kekerasan
Berbasis Gender Online (KBGO) saat ini belum semua orang memahaminya atau dapat
dikatakan kebanyakan tidak sadar telah menjadi pelaku.
“Pelecehan seksual di ranah digital sudah
meliputi komentar yang bersifat melecehkan atau merendahkan perempuan dalam
mengomentari bentuk tubuh. Sexual harassement di dunia digital bentuknya bisa
membuat pernyataan, komentar, atau lelucon yang bermuatan seksual di postingan
orang lain atau kolom chat,” sebut Florencia Irena, Pakar Psikologi Anak dan
Remaja saat webinar Literasi Digital wilayah Kota Depok, Jawa Barat I, Jum’at
(9/7/2021).
KBGO juga termasuk memperlihatkan gambar atau video seksual kepada orang lain,
meminta orang lain mengirimkan foto telanjang, dan mendekati seseorang secara
terus-menerus meskipun sudah ditolak berulang kali.
Menurut data terbaru dari Kementerian Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA),
korban kekerasan seksual pada anak mayoritas dialami usia 13-17 tahun. Pada
Januari hingga Juli 2020 terdapat 2556 anak menjadi korban kekerasan seksual,
sementara di periode Januari hingga Mei 2020 terdapat 354 kasus KBGO.
“Anak-anak di usia ini kan rasa ingin tahunya tinggi sekali, jadi ingin
berinteraksi dengan orang baru yang efek negatifnya bisa jadi korban,” ujar
Florencia.
Ada beberapa cara pencegahan agar anak tidak menjadi korban. Di antaranya orang
tua harus membuka jalur komunikasi dengan anak, memberikan pendidikan seksual
dini kepada anak, mengajari anak untuk mencerna dulu sebelum berkomentar atau
melakukan apapun di dunia digital. Orang tua juga bisa masuk ke dunia anak dan
memahami apa yang diserap anak.
Namun bila anak ternyata sudah terlanjur mengalami KBGO, orang tua harus
menjadi pendukung anak tanpa menghakimi saat anak bercerita. Orang tua juga
perlu memantau perubahan pada anak, hingga melapor dan mencari bantuan dari
tenaga ahli untuk pemulihan psikologis.
Webinar Literasi Digital di Kota Depok, Jawa Barat I, merupakan bagian dari sosialisasi
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 yang diselenggarakan oleh Kementerian
Komunikasi dan Informatika. Hadir pula nara sumber seperti Andry Hamida, Head of Creative Visual
Brand Hello Monday Morning, Aditya Nova Putra Ketua Jurusan Hotel &
Pariwisata IULI, dan Taufik Hidayat, Kepala UPT IT & Dosen Teknik
Universitas Islam Syekh Yusuf.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya kecakapan digital, etika digital, budaya digital, dan keamanan digital, untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.