Dunia digital membuka kesempatan bagi siapapun untuk menggeluti profesi di dalamnya. Bukan hanya hard skil saja seperti menjadi programmer, desainer grafis, web dan lainnya. Seperti di industri lainnya soft skill juga dibutuhkan pada pekerjaan digital.
Dicky Renaldi, Kreator di Siberkreasi memberikan penjelasan bagaimana memperkaya soft skill di dunia digital berdasarkan pengalamannya menjadi Content Creator dan bekerja di perusahaan TV.
Soft skill yang harus dimiliki ialah pemecah masalah secara kompleks. Dalam bidang pekerjaan apapun tentu banyak menemukan permasalahan baik yang ditimbulkan tim internal maupun eksternal. Idelanya memang kita harus menyelesaikan terlebih dahulu masalah-masalah yang ada ada di pihak internal.
“Kalau saya bekerja di industri TV melakukan komunikasi dengan produser, tim kreatif, section head ataupun dengan manajer supaya hasil diskusi tersebut dapat mencapai final. Hasilnya pun dapat dinegosiasikan kepada pihak eksternal seperti yakni klien, konsumen, vendor. Ini semestinya terselesaikan secara cepat dan tepat karena di industri kreatif lainnya pun dituntut untuk kerja ekstra cepat dan hasil yang diharapkan juga maksimal jika dikerjakan secara bersama-sama,” ujar Dicky dalam Webinar Literasi Digital Nasional 2021 di Karawang, Jawa Barat, Kamis (15/7/2021).
Soft skill juga mencakup bagaimana mengasah kreativitas didasari pada ide sendiri ataupun tim. Maka itu harus selalu diskusi dengan tim untuk mendapatkan ide-ide yang dapat dikolaborasikan. Hasil ini yang diharapkan lebih sangat variatif, konten atau produk yang baru. Sesuatu yang inovasi yang dapat memberikan hiburan lebih kepada audiens
Selanjutnya, kecerdasan emosi sebagai bekal kita untuk menjadi pemimpin di masa depan. Pemimpin harus dapat melakukan komunikasi yang efektif terhadap bawahan ataupun dengan rekan kerja.
“Kita juga harus mempunyai gaya negosiasi sendiri yang mampu mempengaruhi klien ataupun tim eksternal agar apa yang ingin kita tuju secara bersama-sama. Dari kecerdasan emosi inilah Maka timbul ide yang tidak monoton, out of the box atau ide yang inovatif,” jelasnya.
Komunikasi atau bernegosiasi dan dengan berbagai pihak. “Dari diskusi-diskusi kecil tersebut terdapat sebuah hasil ringan yang dapat memberikan dampak efektif bagi hasil output kerja,” terang Dicky.
Dia mengingatkan kepada generasi muda atau mereka yang berada di usia produktif untuk belajar dari konsep segitiga bermuda. Pada sisi bawah segitiga itu ialah waktu. Kita harus memiliki waktu untuk belajar hal baru, ilmu baru secara otodidak maupun dengan orang lain di bidang yang kita inginkan. Agar apa yang kita pelajari itu dapat meningkatkan nilai kita. Tentu dengan konsekuensi harus merelakan waktu liburan, main atau sekadar senang-senang.
Dalam meluangkan waktu itu kalau kita belajar, kita akan mendapatkan sebuah kemampuan atau sisi lancip segitiga. Berada di atas karena dengan kita memiliki kemampuan baru kita dapat mengaplikasikannya itu di dalam suatu pekerjaan di perusahaan reguler ataupun konvensional bisa juga bekerja secara freelance.
“Jadi ketika dapat memaksimalkan kemampuan lalu bekerja menghasilkan uang untuk meningkatkan nilai kita sendiri. Membayar waktu yang kita korbankan tadi untuk bisa mendapatkan apa yang kita senangi. Atau kita dapat bisa membeli sesuatu yang ingin kita beli sejak lama,” tuturnya. Mari kita tingkatkan pemahaman digitalisasi dan media sosial secara bijak.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKomInfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Kamis (15/7/2021) ini juga menghadirkan pembicara Steve Pattinama (Content Creator), Ria Ariyanie (Praktisi Humas & Komunikasi, CEO Talk Link), Esa Firmansyah (RTIK Sumedang) dan Almira Vania sebagai Key Opinion Leader.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital. Kegiatan ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.
Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.












