Masyarakat Indonesia harus bersyukur dengan segala perbedaan, jika menengok Afghanistan yang hanya memiliki sekitar 7 suku bangsa. Karena panas sekali, banyak polemik, perang saudara dan disisipi agenda-agenda. Selama 40 tahun mereka perang 7 suku bangsa mereka tercerai-berai. Sementara di Indonesia ada 714 suku bangsa sampai sekarang kita masih damai sentosa walaupun banyak tantangan karena pandemi masih berlangsung.
Kita sepakat karena kita punya pemersatu yakni Pancasila. Stelita Marsha, Tenaga Ahli Kemendikbudristek menyatakan lima sila yang mencakup semua masalah mulai beragama, masalah berwarganegara, gotong royong, persatuan dan lainnya.
Tetapi amat disayangkan, survei dari Lingkaran Survei Indonesia tahun 2018 diketahui dalam waktu 13 tahun terakhir ini pendukung Pancasila menurun 10 persen. Jumlah kecil tapi kalau dibandingkan dengan populasi Indonesia 270 juta lebih jiwa berarti 10 persen itu artinya puluhan juta. Banyak dari tahun ke tahun itu semakin menurun padahal Pancasila adalah perekat Indonesia.
Presiden Jokowi tahun lalu dalam pidato kenegaraannya mengingatkan bahwa nilai-nilai Pancasila NKRI persatuan dan kesatuan nasional itu tidak bisa dipertukarkan dengan apapun, tidak akan menggoyahkan NKRI.
“Kalau dikasih ruang sedikit aja yang terjadi adalah seperti negara-negara yang hancur sekarang karena yang diserang adalah kebudayaanya dulu. Biasanya, kalau ada filosofi baru yang sebenarnya tidak sesuai dengan warga negara sebuah bangsa biasanya yang diserang itu kebudayaannya. Budayanya yang dihilangkan dibuat lupa masyarakatnya akan apa yang membuat mereka sebenarnya bersatu,” ujarnya dalam Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Kamis (5/8/2021).
Maka, Pancasila harus menjadi dasar dalam hidup bersama. Kini bukan hanya untuk bernegara saja namun saat berada di dunia digital. Pancasila jangan dilupakan, sebab dapat menjadi pengingat kita untuk selalu memiliki budaya Indonesia.
“Sopan, santun, ramah, senang menolong, toleransi, dan semua nilai baik dari Pancasila sudah menjadi kebudayaan masyarakat Indonesia. Ketika di ruang digital semua budaya itu harus dilakukan,” jelasnya.
Stelita menegaskan, dimulai dari membuat konten positif, menjauhkan ujaran kebencian dengan saling menghormati dan hindari hoaks.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Kamis (6/8/2021) juga menghadirkan pembicara lain, Diondi Kusuma (Owner Diana bakery), Geri Sugiran (RTIK Jawa Barat), Ismita Saputri (Kainzen Room), dan Aflahandita sebagai Key Opinion Leader).