Menurunnya sikap berbangsa dan bernegara di dunia digital, diawali dari sikap bebas dalam berekspresi, jika dirasa turun sikap berbangsa. Bukhori, relawan TIK Sukabumi mengatakan, sebenarnya dapat dilakukan memahami kembali Pancasila sebagai dasar negara, sumber hukum negara, dsar ideologi dan filosofi bangsa.
Kemudian merasa kehidupan berbudaya dengan adat ketimuran selanjiutnya bernegara, bermasyarakat. Masyarakat Indonesiaitu dibentuk oleh bermacam etnis, agama, kebudayaan. Penerapan nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika di ruang digital.
Bukhori menyebut sila pertama Pancasila sebagai dasar nilai untuk menghormati agama dan ibadah orang lain. tidak memaksa keyakinan orang lain dan jangan melakukan perundungan. Sila kedua memperlakukan semua orang sama rasa tenggang rasa, toleransi, empati. Tidak merendahkan, menghina, mengucilkan dan merundung seseorang.
“Sila ketiga menyoal persatuan Indonesia namun diartikan untuk mendahulukan kepentingan Indonesia di atas kepentingan pribadi. Selalu maukerja sama, mempromosikan keberagaman, bangga menjadi warga Indonesia dan bangga dengan produk lokal,” ungkap Bukhori saat menjadi pembicara dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 wilayah Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Selasa (24/8/2021).
Sila keempat soal demokratis bagaimana semua bebas untuk berpendapat, selalu berdiskusi apabila memiliki perbedaan pandangan dengan orang lain, mengutamakan data dalam setiap diskusi.
“Taat kepada hukum dan meyakini semua sama di mata hukum,” tambahnya.
Sila terakhir ini merupakan khas dari Indonesia gotong royong, selalu mau membantu jika melihat orang lain kesusahan, menghargai orang lain maupun karyanya yakni dengan meminta izin saat akan digunakan. Berkolaborasi dan selalu bekerja sama untuk hal apapun termasuk dalam upaya membantu orang lain.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKominfo) bersama Siberkreasi. Webinar juga menghadirkan pembicara Queena Fredlina (Relawan TIK Bali), Eka Presetyo (Founder Syburst Corporation), dan Rio Silaen sebagai Key Opinion Leader.