Transformasi digital termasuk ke dalam budaya, akselerasi transformasi digital tidak hanya terkait aspek teknis teknologi, tetapi juga aspek budaya. Budaya adalah sebuah buah pikiran, akal budi, adat istiadat yang sudah menjadi kebiasaan dan sulit diubah.
Penerapan budaya digital lebih kepada mengubah pola pikir (mindset) agar dapat beradaptasi dengan perkembangan digital.
“Semakin maju teknologi juga dibarengi dengan budaya yang mumpuni. Orang-orang yang terjun di media digital jadi mampu membuat konten positif bukan malah merusak ekosistem digital yang cenderung negatif,” tutur Tim Hendrawan, Creative Director saat mengisi webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Selasa (31/8/2021).
Dalam setiap perubahan yang paling sulit adalah mengubah budaya dan kebiasaan yang telah ada. Terutama pada sebuah negara, semakin banyak orangnya maka semakin sulit perubahan untuk diterima. Ia mengibaratkan, semakin maju teknologi maka tantangannya akan semakin banyak. Tim memaparkan tiga tantangan yang paling sering kita hadapi di media digital.
- Haters, Bullying, dan SARA di media sosial.
Hal-hal negatif yang sering ditemui di media sosial antara lain komentar negatif dari haters, bullying, dan SARA. Komentar negatif ini bisa terjadi karena banyak orang salah dalam mengartikan kebebasan berekspresi di ruang digital. Mereka banyak menganggap bahwa berekspresi di dunia digital bisa dilakukan tanpa aturan.
Ia mengatakan, hal tersebut berdampak pada kehidupan seseorang di dunia nyata. Terlebih bagi orang yang menggantungkan hidupnya di media sosial. Maka dari itu, kita perlu menghindari bullying, SARA, dan komentar negatif.
“Kebebasan berekspresi dapat dilakukan dengan cara yang cerdas dan tepat tanpa menyinggung perasaan orang lain,” ujar Tim.
- Hoaks
Budaya hoaks atau berita bohong juga menjadi tantangan di media sosial. Biasanya di negara kita, hoaks menjadi tantangan umur dan informasi yang beredar di platform percakapan.
Ia mengungkapkan, pada orang tua berumur 45 tahun ke atas cenderung lebih percaya pada informasi-informasi bohong yang disebarkan lewat aplikasi percakapan. Hoaks-hoaks yang berada di aplikasi percakapan lebih sulit untuk di track karena kebanyakan aplikasi percakapan mementingkan privasi.
- Kecanduan Internet dan Gadget
Sering kali kita tanpa sadar menghabiskan waktu cukup lama di depan gadget. Misalnya, saat tidak bisa tidur lalu scroll media sosial tanpa sadar hingga larut. Padahal jika dilakukan secara terus menerus, aktivitas ini berlebihan dan berdampak negatif pada kesehatan. Terlebih ketika kita sudah punya anak, harus lebih diberikan pemahaman batasan penggunaan dan akses terkait penggunaan gadget dan internet.
Tim menuturkan, segala sesuatunya selalu memiliki dua sisi, positif dan negatif. Ketika menggunakannya, semua ada pada keputusan kita ingin menggunakannya ke arah positif atau sebaliknya. Ia mengatakan, banyak hal positif yang jauh bisa mendatangkan manfaat dibandingkan dengan melakukan perbuatan yang negatif.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Selasa (31/8/2021) juga menghadirkan pembicara, Febrianti M. Kristiani (Founder @vitaminmonster), R. Pandi Oetomo (Penggiat Literasi Digital), Didno (Ketua RTIK Indramayu), dan Kevin Joshua sebagai Key Opinion Leader.