Dalam memproduksi dan distribusi konten kita harus berlandaskan pada nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Kemudian menggalang partisipasi dan kolaborasi aktif untuk menumbuhkan nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika di ruang digital.
Menerapkan nilai-nilai Pancasila di ruang digital terlihat rumit tapi sebenarnya sederhana. Nuril Hidayah, Ketua Komite Litbang Mafindo menjelaskan caranya dengan melandasi setiap aktivitas di ruang digital berdasarkan nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika seperti mendukung toleransi keberagaman.
Sebab Bhinneka Tunggal Ika mengajarkan kita akan keberagaman. Sehingga kita harus bisa bertoleransi lalu memprioritaskan cara demokrasi karena negara demokrasi kita punya Pancasila yang menjunjung tinggi demokrasi.
“Dahulukan adalah prioritas cara demokrasi seperti pemilihan pemimpin, menyelesaikan masalah dengan cara demokrasi mengutamakan Indonesia dan menginisiasi cara kerja gotong royong. Dalam hal apapun kita harus bergotong-royong membantu orang, mengerjakan sesuatu memang lebih nyaman atau lebih baik dikerjakan secara gotong royong. Di zaman digital juga gotong royong dalam membuat konten positif juga sangat memungkinkan,” jelasnya di webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kabupaten Cirebon, Jawa Barat Jumat (3/9/2021).
Ada beberapa contoh kekayaan budaya Indonesia yang dijadikan sebagai konten. Ada anak muda seperti runner up Indonesian idol tahun 2021, dia membuat postingan di Instagram-nya berkolaborasi dengan Eka Agustina dari Weird Genius. Dia bercerita ketika sekolah dia sebagai minoritas tetapi dia tidak merasakan diskriminasi, dia bisa hangout dengan teman-teman dengan santai tanpa ada tekanan atau apapun yang membedakan.
“Dia sebagai minoritas itu adalah nilai-nilai yang dirasakan sebagai nilai Indonesia seperti itu bukan saling curiga satu sama lain atau tidak menghormati satu sama lain ini kemudian dia tuangkan dalam sebuah lagu,” tambahnya.
Di YouTube ada juga yang sedang viral bahkan diunggah ulang oleh beberapa youtuber dunia dan Indonesia untuk melihat reaksi saat menonton Wonderland Indonesia oleh Alffy Rev.
Dia menunjukkan bagaimana kekayaan budaya ditampilkan dengan dengan sangat bagus dan juga di tambah dengan hal-hal yang modern. Jadi orang-orang yang tidak tertarik pada hal-hal yang tradisional menjadi tertarik itu adalah salah satu cara untuk mengemas supaya kekayaan budaya kita menjadi lebih banyak dikenal di dunia digital.
Webinar juga menghadirkan pembicara Muhammad Ayip Faturohman (RTIK Kota Cirebon), Tim Hendrawan (Creative Director), Diana Balienda (digital trainer dan pengusaha kuliner), dan Clarissa Darwin sebagai Key Opinion Leader.