Indonesia butuh lebih banyak konten positif. Selama tahun 2021 ada 1.479.257 jumlah aduan konten yang diterima Kementerian Komunikasi dan Informatika di antaranya 1.085.441 konten pornografi dan 369.792 konten perjudian.
Maka sebagai warga digital yang aktif, harus sigap jangan sampai para generasi muda kita rusak mentalnya akibat konten-konten negatif yang ada di media sosial. Oleh karena itu mulai dari sekarang sebisa mungkin kita memproduksi konten-konten positif. Sebenarnya sangat banyak konten yang bisa dibuat tidak harus formal atau serius tetapi bukan hal yang negatif bahkan bisa menghibur.
Taufik Aulia product manager Kompas Gramedia Grup yang juga kreator konten mengatakan, jenis-jenis konten positif itu yang pertama konten inspiratif. Konten yang dapat menyentuh, menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu atau untuk mengubah sikap menjadi lebih baik.
Kemudian konten edukatif yang sifatnya mencerdaskan, tidak hanya sekadar memberitahu tapi ada tujuan untuk edukasi, mendidik atau memberikan skill dan sebagainya. Lalu ada konten informatif yang berisi hal-hal informasi yang harus orang tahu. Namun pastikan informasi yang dibagikan ini merupakan sesuatu yang benar adanya.
Terakhir adalah konten menghibur, sekarang banyak media sosial yang memang hanya untuk menghibur seperti TikTok. Namun TikTok juga dapat digunakan sebagai wadah untuk memberi edukasi dan informasi.
Jenis-jenis konten tadi dapat kita pilih sesuai dengan apa yang kita suka dan apa yang bisa kita saksikan dan buat. Di media digital memang pilihannya, apakah kita ingin menjadikan penonton atau ingin menjadi pemain.
“Karena kalau kita hanya ingin menjadi penonton artinya semua konten orang lain akan kita terima dan ide orang lain kita saksikan begitu saja. Tetapi kalau kita menjadi pemain. Artinya kita secara aktif juga ikut membuat konten di media sosial. Bukan hanya menonton ide seseorang tapi kita juga bisa membuat konten sesuai ide kita sendiri, menyuarakan pemikiran kita dan lainnya,” ungkapnya saat menjadi pembicara dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di Kabupaten Garut, Jawa Barat, Rabu (22/9/2021).
Mulai dengan memilih konten yang ingin dibuat, dalam bentuk teks, video gambar atau juga grafis. Dia mengingatkan, konten yang bagus itu adalah yang kredibel, memiliki pesan dan sesuai dengan segmen audiens. Misalnya, jika kita seorang ibu muda dengan di media sosial kita banyak teman-teman kita yang juga. Pastikan konten kita juga sesuai dengan tema dan keinginan interest para ibu-ibu muda itu. Mengenai parenting, makanan sehat untuk keluarga dan lainnya.
Taufik menyebut ada rhetorical triangle terdiri dari penulisnya yang mempunyai tujuan, kredibilitas dan otoritas. “Dari segi kontennya ada pesan yang ingin dibagikan atau ada informasi juga. Dilihat di sisi audiens kita pelajari siapa mereka, usia berapa dan apa yang mereka suka dan apa ekspektasi untuk kita,” jelasnya.
Satu hal yang harus selalu diingat adalah konsisten dan jangan berhenti. Jika kehabisan ide, Taufik menyarankan untuk terus gali hal-hal di luar dari kebiasaan kita. Paling penting jika ada kritikan dari orang lain, hendaknya tidak membuat menjadi patah semangat. Namun itu dapat diubah menjadi sebuah kekuatan baru untuk membuat karya yang lebih baik lagi.
Webinar juga menghadirkan pembicara Iwan Kemrianto (founder yukbisniskost.com), Ismita Saputri (Dosen dan Podcaster), Leni Fitriani (Relawan TIK Indonesia), dan Vania Almira sebagai Key Opinion Leader.