Budaya merupakan sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan yang sulit diubah. Budaya ini terbentuk dari empat pilar utama, yaitu lingkungan sekitar, sistem pemerintahan, rentang waktu, dan teknologi inovasi.
“Budaya terbentuk dari atas ke bawah dan bawah ke atas. Dari atas ke bawah ada peran orang tua dan faktor eksternal (institusi pendidikan, keagamaan, perusahaan sosmed, pemerintah), dan dari bawah ke atas yaitu peran anak dan masyarakat,” ujar Tim Hendrawan, Creative Director dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di Kabupaten Subang, Jawa Barat, Senin (04/10/2021).
Ia menjelaskan, dari atas dan bawah ini membentuk sebuah budaya, di mana bila diruntut prosesnya budaya lahir dari sebuah perilaku kemudian berubah menjadi budaya. Misalnya, dalam budaya Indonesia yang terkenal dan dijunjung tinggi, yaitu saling menghormati, gotong royong, menjaga keharmonisan, mengikuti norma, dan pragmatis.
Di ruang digital ini, hal yang terpenting ialah jarimu harimaumu. Karena kita sangat mudah untuk mengklik dan melakukan apapun hanya menggunakan jari.
“Apapun yang kita bagikan dan share menentukan siapa kita, menentukan apa yang terjadi kedepannya, dan menentukan sesuatu bangsa ini mau dibawa kemana budayanya,” ujarnya.
Meski internet membuka berjuta kesempatan, kita perlu lebih memilah dan memilih kesempatan itu. Jangan sampai mengambil kesempatan yang ke arah negatif. Selain itu, kita juga harus berjaga-jaga saat mengutarakan opini. Opini diutarakan harus berdasarkan fakta.
Kebebasan berekspresi di ruang maya memang menjadi hak setiap orang, tetapi tetap terdapat aturan dan tidak boleh melebihi etika, serta harus dilakukan dengan cara yang cerdas juga tepat. Jangan sampai kita berpendapat tentang sesuatu yang tidak bisa diterima orang banyak. Oleh karena itu, kita perlu berpendapat sesuai fakta dan data. Selain itu, dengan budaya kira juga perlu menghindari penyebaran kebencian dan SARA yang berpotensi memecah belah persatuan.
Ia mengatakan, beropini boleh dilakukan tetapi jangan menyulut perpecahan. Sebagai orang yang ingin mengungkapkan pendapar dan didengarkan, perlu diingat juga bahwa kita harus bertanggung jawab terhadap opini tersebut. Dengan demikian, kita perlu bijak dalam mengungkapkan sesuatu di ruang digital.
Webinar juga menghadirkan pembicara, Billy Kwanada (Wakil Ketua Bidang Pengembangan Bisnis GEKRAFS Jawa Timur), Al-Akbar (Founder Sobat Cyber Indonesia), Wijaya Kusuma (Ketua RTIK Kabupaten Sumedang), dan Diza Gondo sebagai Key Opinion Leader.