Ketika pandemi terjadi, kita semua masuk dalam ruang digital. Bagaimana memahami situasi yang ada, melihat kondisi yang ada. Sehingga masyarakat dituntut untuk mau melakukan kebiasaan baru, ketika itu sudah masuk fase dipaksa karena memang seperti terpaksa dalam situasi pandemi.
Seperti kita tidak bisa lagi berkumpul dengan teman-teman dalam jumlah yang banyak, akhirnya ada satu rasa keterpaksaan dalam diri kita. Kemudian naik ke fase berikutnya yakni terbiasa.
Eko Marmanto, Kepala Pendidikan LP3I Karawang mengatakan, seiring dengan berjalannya waktu, kita akhirnya terbiasa bagaimana hal-hal yang kita suka lakukan menjadi sebuah kebutuhan, bagaimana kita berpikir untuk kelangsungan hidup kita di masa depan.
“Kemudian muncul hal-hal baru yang tidak bisa kita prediksi yang tidak bisa kita bayangkan dan kita harus mampu beradaptasi atau yang kita kenal dengan new normal. Kebiasaan tersebut bukan tanpa pengetahuan harus kita tanamkan,” ungkapnya saat menjadi pembicara dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Selasa (05/10/2021).
Sekarang kita masuk ke dalam fase tertinggi yaitu ini sudah menjadi sebuah kebiasaan yang membudaya. Selain banyak perubahan yang terjadi dalam sektor pekerjaan pun kini banyak pekerjaan yang saat pandemi justru semakin dilirik karena konon tidak akan terhalang oleh pandemi sekalipun. Sebut saja kreator konten digital, ruang digital yang semakin berkembang pesat dibutuhkan oleh setiap orang untuk kehidupan sehari-hari juga hiburan. Karena di rumah saja tidak ada kegiatan internet menjadi sarana hiburan masyarakat juga sebagai tempat untuk mencari informasi atau update berita saat ini.
Tidak heran aktivitas memproduksi konten menjadi sebuah profesi yang menjanjikan karena banyak pasarnya. Industri kreatif ini semakin menggeliat di tengah pandemi, di satu sisi banyak yang memang harus bertahan sehingga semua ide kreatif dan cemerlang mereka keluarkan. Tentu ini harus dibutuhkan upgrade digital skill karena bagaimanapun juga peralihan hal-hal konvensional sebelum pandemi kepada hal-hal secara digital. Itu yang memaksa kita setiap individu, bagaimana kemampuan digital itu harus kita miliki saat ini agar kita bisa bertahan.
Ketika ada peluang kita juga harus berpikir ada potensi apa saja di sektor selama pandemi yang masih bisa bertahan. Ada beberapa sektor yang berpotensi low dan ada sektor yang berpotensi menjadi pemenang. Masih banyak juga beberapa sektor pekerjaan yang rentan atau berpotensi kalah masa krisis seperti pandemi. Misalnya perbankan manufaktur atau otomotif.
Pada sektor yang berpotensi menang seperti pelayanan kesehatan e-commerce pertanian teknologi informasi dan komunikasi, perawatan pengolahan dan ritel ada juga pelayanan medis.
“Jika kita lihat di sektor ini, esensinya adalah pemenuhan kebutuhan masyarakat selama pandemi. Jika kita melihat layanan kesehatan itu yang akan menjadi tren positif di masa depan. Orang akan berbondong-bondong karena fokus dalam dirinya ingin sehat. Kita lihat sektor e-commerce banyak platform e-commerce yang menjadi peluang,” tutupnya.
Webinar juga menghadirkan pembicara, Theo Derick (CEO Coffee Meet Stock), Ira Pelitawati (Pegiat Literasi), Santia Dewi (Pengusaha Online) dan Aflahandita sebagai Key Opinion Leader.