Menjadi sosok dikenal dengan banyak pengikut di media sosial mungkin kini menjadi impian setiap orang. Bukan hanya terkenal tapi juga bisa mendapatkan penghasilan berkat ketenaran itu. Namun ada hal lain yang harus diperhatikan untuk menjadi seorang influencer di media sosial. Yaitu secara mental seseorang harus kuat, sebab bisa jadi ada haters yang kapan saja dapat mematahkan semangat kita untuk berkarya.
Semenjak menjadi Content Creator Tanisha Zharfa sudah menyadari hal itu. Maka dia pun bersiap dan sudah memiliki moto dari awal untuk tidak menanggapi.
“Kalau ada haters aku tidak mendengarkan mereka. Tapi memang masih saya cek apa komentar mereka. Apakah ada kritikan yang dapat membangun saya secara profesional dan juga sebagai seseorang dengan banyak pengikut. Khawatir juga saya tidak bisa memberikan contoh yang baik,” ucapnya saat menjadi Key Opinion Leader dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Selasa (05/10/2021).
Namun, jika ada orang yang tidak jelas hanya memaki, menyinyir dia hanya mendiamkan apabila sudah mengganggu dia akan block. Tanisha juga menghindari perdebatan di publik, maka dia tidak pernah membalas komentar negatif. Yang ditakutkan ada follower-nya yang membela malah mereka yang pertengkaran. Dia ingin menghindari ribut di ruang publik.
“Gak keren kalau media sosial saya malah seperti ajang perkelahian. Ada yang beradu lalu nanti banyak yang nonton. Saya tidak memilih itu lebih baik diam saja atau hapus saja komentar mereka,” sambungnya.
Menghindari haters bagi Tanisha sebenarnya sulit sebab dia menyadari hidup di dunia pasti ada yang senang dan tidak. Maka, dia kini lebih fokus saja pada pencapaian diri dan pekerjaan. Terus berpikiran positif dan berbuat positif juga di ruang digital.
Di ruang digital juga wajib untuk menjaga keamanan, belajar dari pengalaman sewaktu SMP jauh sebelum menjadi kreator konten. Akun media sosialnya pernah di-hack.
“Makanya sekarang, saya jadi lebih menjaga akun, membuat password yang sulit dan tidak mudah ditebak. Ditambah sekarang saya sudah sering mengikuti kajian mengenai literasi digital sekarang jadi lebih paham bagaimana menjaga keamanan di ruang digital termasuk dengan beretika dan terhindar dari hoaks atau juga jangan sampai menjadi pelaku penyebaran hoaks,” jelasnya.
Menurutnya, literasi digital itu memang seharusnya sudah sampai anak sekolah tidak seperti dirinya dulu yang bener-bener terjun begitu saja di dunia digital. Tidak tahu apa yang dilakukan karena rentan melakukan hal-hal negatif di dunia.
Webinar juga menghadirkan pembicara, Tim Hendrawan (creative director), Muhammad Ayip Faturahman (relawan TIK Jawa Barat), Katherine (owner Organicrush), Bambang Iman Santoso CEO Neuronesia Learning Center.