Literasi digital merupakan kemampuan menggunakan teknologi secara mudah, efisien, dan efektif disertai dengan pemikiran yang kritis dan membangun.
Saat ini, kita tidak hanya sekadar mampu menggunakan smartphone, tetapi juga pemikirannya yang kritis. Karena kita memiliki tanggung jawab saat menggunakannya, terutama di ruang publik secara digital.
“Ketika kita menggunakan media sosial, kita juga berkontribusi untuk menghasilkan konten positif. Itu adalah sebuah skill yang harus kita miliki dan sadari di dalamnya tetap memerlukan etika,” tutur Daniel Paulus Evert, Dosen Ilmu Komunikasi USB YPKP dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Jumat (08/10/2021).
Di masyarakat sendiri, literasi digital berperan untuk menciptakan peran aktif masyarakat dalam jalannya pemerintahan dan layanan publik, menjadikan masyarakat mampu membedakan informasi benar dan bohong, serta mewujudkan smart city.
Akan tetapi, menurut Daniel teknologi secanggih apapun tidak akan berguna ketika masyarakat yang menggunakannya tidak berusaha untuk mengupgrade diri dan beradaptasi didalamnya. Hal ini karena yang menggunakan teknologi adalah manusianya atau masyarakatnya.
“Ada banyak sekali bahaya yang bisa kita lihat kalau kita kurang skills literasi digital. Kita perlu ingat, media tidak hanya punya fungsi untuk menghibur, tetapi juga mengedukasi,” ungkap Daniel.
Daniel mengatakan, ancaman akibat kurangnya literasi digital membuat kita mudah terkena pencurian data dan informasi, pelanggaran privasi digital, pornografi, kekerasan, dan pelecehan melalui internet. Kemudian, marak juga manipulasi foto.
Agar kita punya skill literasi digital yang baik, langkah-langkah yang bisa dilakukan. Pertama, berbagi konten yang bermanfaat. Lamanya waktu masyarakat berselancar di dunia digital, kita bisa membagikan konten-konten bermanfaat dengan kepada orang lain. Misalnya, konten tutorial, review produk, cerita pengalaman pribadi.
Kedua, tidak menyebarkan berita hoaks. Hingga saat ini belum ada filter yang bisa menyaring secara otomatis tentang hoaks, tetapi kita bisa memfilternya lewat diri kita sendiri. Caranya dengan memeriksa kebenaran segala informasi yang kita dapatkan di internet dan jangan cepat-cepat menyebarkannya ke orang lain.
Ketiga, selalu konsisten dalam menyebarkan konten positif di ruang digital. Sebagai agen perubahan, konsistensi kita dalam berbagi konten positif sangat berpengaruh di ruang digital. Karena konten positif akan berdampak pada lingkungan digital kita.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Jumat (08/10/2021) juga menghadirkan pembicara, Chairil Ibrahim (CEO TMP), Richard Paulana (COO TMP EVENT), Ginna Desiana (Creator Game Board Dolanan Yuk.id), dan Maichel Kainama sebagai Key Opinion Leader.