Di era ini, media digital bisa menjadi sebuah wadah untuk mengembangkan potensi yang ada di desa-desa. Dengan itu, desa akan memiliki peluang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Pemanfaatan media digital dapat kembali membangun sektor pariwisata kita setelah menghadapi pandemi.
“Pemahaman masyarakat desa terkait pemanfaatan media sosial itu penting. Bagaimana akhirnya media sosial diharapkan bisa mengembangkan potensi di desa untuk menjadi desa wisata,” ujar Aan Jaelani, Dosen Fakultas Syariah & Ekonomi Islam IAIN Syarif Nurjati Cirebon dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Senin (18/10/2021).
Desa wisata merupakan kawasan potensial yang memiliki keunikan dan daya tarik. Di mana orang yang berkunjung akan merasakan pengalaman keunikan dan tradisi di pedesaan dengan sekala potensinya. Misalnya, atraksi, kebiasaan atau adat istiadat, hingga kuliner yang dihasilkan. Menurut Aan, daya tarik desa bisa dieksplorasi oleh masing-masing penduduk desa, terutama pada kalangan muda yang mampu memanfaatkan teknologi dan media sosial.
Desa wisata menawarkan kegiatan yang terprogram, diagendakan, dan bisa dilakukan melalui lintas batas waktu dan tempat. Pada kondisi pandemi, wisatawan jadi tidak perlu berkunjung ke lokasi/desa karena wisata ini bisa disuguhkan melalui platform-platform digital. Objek dari desa wisata ini biasanya berupa kultur budaya masyarakat setempat, seperti wisata alam, wisata budaya, wisata sejarah, wisata kuliner, maupun wisata buatan.
Ia menyampaikan, desa wisata umumnya memiliki beberapa kriteria. Di antaranya, memiliki potensi daya tarik wisata, memiliku potensi SDM lokal, memiliki komunitas masyarakat dan kelembagaan pengelolaan, dan desa wisata ini terintegrasi antar setiap unsur yang ada di dalam desa.
Prinsip pengembangan desa wisata pun terdiri atas keaslian mengenai aksi yang ditawarkan, tradisi masyarakat setempat, aktivitas dan keterlibatan masyarakat, memiliki daya dukung, serta menjaga sikap dan nilai yang dimiliki dan digunakan oleh masyarakat setempat dalam kesehariannya.
“Ini akan menjadi menarik ketika prinsip pengembangan desa wisata itu kemudian disajikan di dalam ruang digital, khususnya media sosial. Ketika anak-anak milenial mempromosikan melalui media sosial tentang kearifan lokal di desanya,” ungkap Aan.
Hal yang bisa kita lakukan untuk menjadikan desa wisata melalui pemanfaatan teknologi ialah mempromosikan desa melalui platform digital, memberikan informasi desa wisata secara lengkap, memasarkannya melalu e-commerce, meningkatkan aspek SDM desa, hingga memberikan literasi konten digital terhadap masyarakat desa.
Webinar juga menghadirkan pembicara, Frendy Winardi (Founder Royale Rejuvia Aesthetic Clinic), Santia Dewi (Owner Limbackstore), Muhammad Arifin (Kabid Komunikasi Publik RTIK Indonesia), dan Kila Shafia sebagai Key Opinion Leader.