Terdengar aneh mengapa hoaks masih saja mudah dipercaya, namun itulah adanya. Ferri Andrianov, Chief of Diksi Kreasi Creator Space mengatakan, meskipun materi hoaks sulit diterima, masih ada saja yang mempercayai kebenaran dari hoaks tersebut.
Faktor penyebabnya karena keterbatasan informasi dari individu yang percaya itu. Terkadang individu mempercayai hoaks bukan karena individu tersebut mudah dibohongi melainkan karena keterbatasan arus informasi yang datang pada dirinya. Faktor lain yaitu tingkat popularitas.
“Informasi pemberitaan yang terus-menerus dan mencolok dapat menyebabkan mata seakan menjadi tertutup pada kebenaran yang ada. Faktor ketertarikan juga menjadi alasan mengapa masih banyak hoaks yang dipercaya,” ujarnya dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Selasa (19/10/2021).
Manusia cenderung melakukan selective attention sehingga seseorang tidak begitu memperhatikan topik hoaks dan langsung percaya saja dengan hoaks. Jika hoaks berkaitan dengan hal yang dipercayai maka kebohongan akan lebih mudah diterima maka dari itu kita harus lebih kritis dalam memilih informasi dan jangan sampai terjebak dengan hoaks.
Kita harus melawan hoaks dengan cara tidak mengikuti hawa nafsu untuk bermusuhan dan membenci saat ada pihak yang tidak sependapat dengan kita. “Apalagi jika ada berita mengenai isu yang tidak sependapat dengan kita. Maka saat ada informasi apapun yang datang dan meragukan biasakan untuk mencari tahu dan yang paling penting agar tidak menyebarkannya,” jelasnya.
Jika ada informasi buruk mengenai seorang, usahakan kita jangan turut serta atau terlibat dalam mencari-cari kesalahan orang itu lagi. Jangan mudah berburuk sangka kepada orang lain itu akan memperparah jika ada informasi yang datang.
Webinar juga menghadirkan pembicara, Anthony Sudarsono (CEO First Class Property), Stelita Marsha (Staf Ahli Kemendikbud), Bowo Suhardjo (konsultan IT), dan Inayah Chairunissa sebagai Key Opinion Leader.