Era sebelum abad ke 21 terdapat era sentralisasi, yaitu era di zaman baby boomers mendapatkan informasi hanya dari satu sumber, seperti televisi, radio, dan koran. Dalam era ini minim hoaks karena materi berita semuanya harus lulus sensor terlebih dahulu. Setelah itu, masyarakat masuk ke era desentralisasi, masyarakat jadi tidak tertuju ke satu sumber saja.
Sementara itu, saat ini kita berada di situasi dan kondisi teknologi digital berkembang dengan pesat. Dalam perkembangan tersebut dibagi menjadi tiga era, yaitu agitasi, provokasi, dan propaganda. Indra Ilham Riadi, Group Commercial Assistant Manager Digital Marketing menjelaskan, di era propaganda ini semuanya terhubung satu sama lain. Semuanya bisa berubah dalam hitungan menit.
“Di era serba mudah ini kita dipaksa untuk lebih matang lagi memahami dan lebih bijak lagi dalam mengonsumsi sebuah informasi,” ujar Indra atau Ibeng dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kabupaten Subang, Jawa Barat, Jumat (05/11/2021).
Bijak dalam bermedia sosial berarti menggunakan etika. Dalam hal ini, etika sebagai batasan dalam mencontohkan, menyesuaikan diri, dan bereaksi. Kita tidak bisa semena-mena dalam menyuarakan sesuatu, setiap berpendapat harus disesuaikan konteksnya. Ia mengatakan, dalam menggunakan media sosial atau mempublikasikan konten, kita bertanggung jawab penuh terhadap konten tersebut. Karena apapun yang kita posting di dunia digital itu akan berdampak, jadi tidak bisa asal-asal ikutan karena FOMO.
“Sebagai warga digital yang bijak, kita harus tahu batasan mana yang harus di-posting dan tidak diposting,” jelas Ibeng.
Ketika menyebarkan informasi itu, biasakan untuk menghindari informasi yang menyinggung SARA. Karena kita tidak tau reaksi orang di luar sana terhadap konten tersebut. Untuk itu, yang wajib dilakukan dalam media sosial ialah membangun personal branding sebagai alat representasi kita di dunia maya. Kemudian, kita juga harus bijak dalam menerima dan merespon sebuah informasi, serta tidak asal mem-posting konten hanya untuk viral. Lalu, jaga privasi kita dan orang lain.
Selain itu, harus sopan dan tidak arogan, biasakan diri untuk mengucapkan maaf, tolong, dan terima kasih meski dilakukan di ruang digital. Ia menyampaikan, kita perlu untuk lebih proaktif dalam menyerap semua informasi atau membagikan sebuah informasi yang positif di ruang digital.
Webinar juga menghadirkan pembicara, Ricco Antonius (Founder of Patris Official Store), Dewi S. Sari (Eksekutif Sekretariat Mafindo), Indra Ilham Riadi (Group Commercial Assistant Manager Digital Marketing), Wijaya Kusuma (Ketua RTIK Kabupaten Subang), dan Winda Ribka sebagai Key Opinion Leader.












